Pada suatu sore yang mendung, seorang peneliti muda bernama Arjuna datang ke desa itu. Dia tertarik dengan sejarah dan mitos-mitos yang ada di balik pemakaman tua tersebut. Arjuna memiliki ketertarikan khusus terhadap hal-hal mistis dan selalu mencari cerita-cerita baru untuk diteliti. Kunjungannya kali ini bukan tanpa alasan. Dia mendengar tentang bayangan misterius yang sering muncul di balik nisan tua.
Setelah berbicara dengan beberapa penduduk desa, Arjuna mendapat banyak informasi menarik. "Bayangan itu sering muncul saat senja," kata seorang kakek tua sambil mengisap rokok kretek. "Konon, itu adalah roh seorang prajurit yang mati di medan perang."
Arjuna semakin penasaran. Dia memutuskan untuk mengunjungi pemakaman itu pada saat senja, waktu di mana bayangan misterius tersebut sering muncul. Dengan membawa kamera dan alat perekam, dia menuju ke pemakaman tua yang terletak di pinggir hutan.
Sesampainya di sana, suasana begitu sunyi. Hanya suara angin yang berbisik di antara pepohonan dan suara burung hantu yang menambah kesan mencekam. Nisan-nisan tua berdiri tegak, beberapa di antaranya sudah tertutup lumut dan hampir tak terbaca lagi namanya. Arjuna merasakan aura yang berbeda di tempat itu, seolah-olah ada yang mengawasinya dari balik bayang-bayang.
Dengan hati-hati, dia mulai mengelilingi pemakaman. Sesekali dia berhenti untuk mengambil gambar dan merekam suara-suara sekitar. Ketika matahari mulai tenggelam, bayangan-bayangan panjang mulai terbentuk di tanah. Arjuna terus berjalan, mencari tanda-tanda keberadaan bayangan misterius yang diceritakan penduduk desa.
Saat senja mulai merayap, Arjuna tiba di sebuah nisan yang tampak lebih tua dari yang lain. Nama di nisan itu sudah hampir hilang, hanya tersisa beberapa huruf yang masih bisa dibaca: "Ran...ga". Arjuna merasa ada sesuatu yang aneh dengan nisan itu. Dia menyalakan alat perekamnya dan mulai berbicara, "Saya di sini di depan nisan yang tampak sangat tua. Nama di sini sepertinya adalah Ranga. Siapa pun dia, sepertinya dia memiliki kisah yang menarik."
Tiba-tiba, Arjuna merasakan angin dingin berhembus. Dia merasakan bulu kuduknya berdiri. Dari sudut matanya, dia melihat bayangan bergerak di balik nisan. Dengan cepat dia menoleh, tapi tidak ada apa-apa. Namun, alat perekamnya menangkap suara aneh, suara bisikan yang hampir tak terdengar. Arjuna memutar kembali rekamannya dan mendengar suara itu dengan jelas, "Jangan pergi."
Arjuna terkejut, tapi rasa penasarannya lebih besar daripada rasa takutnya. Dia mencoba berkomunikasi dengan bayangan itu. "Siapa kamu? Apakah kamu Ranga?" tanyanya. Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang menyelimuti.
Ketika matahari benar-benar tenggelam dan malam mulai menyelimuti, bayangan itu muncul kembali. Kali ini lebih jelas, membentuk sosok seorang pria dengan pakaian prajurit kuno. Wajahnya tampak sedih dan penuh dengan luka. Arjuna menatap bayangan itu dengan kagum dan ketakutan. "Apakah kamu membutuhkan bantuan?" tanya Arjuna.
Bayangan itu tidak berbicara, tapi menggerakkan tangan, menunjuk ke arah hutan. Arjuna merasa terdorong untuk mengikuti arahan itu. Dia berjalan memasuki hutan, mengikuti bayangan yang bergerak dengan cepat. Semakin dalam dia masuk, suasana semakin gelap dan mencekam. Namun, Arjuna tetap berusaha mengikuti bayangan itu.
Akhirnya, mereka tiba di sebuah bukit kecil yang tersembunyi di dalam hutan. Di atas bukit itu, terdapat sebuah batu besar dengan ukiran-ukiran kuno. Bayangan itu berhenti di depan batu tersebut dan menunjuk ke arah ukiran. Arjuna mendekat dan melihat lebih jelas. Ukiran itu menceritakan kisah seorang prajurit bernama Ranga yang berjuang untuk melindungi desanya dari serangan penjajah. Namun, dia dituduh sebagai pengkhianat dan dihukum mati oleh penduduk desanya sendiri.
Arjuna merasakan kesedihan mendalam. "Apakah ini yang ingin kamu tunjukkan?" tanyanya. Bayangan itu mengangguk perlahan, kemudian perlahan-lahan menghilang, meninggalkan Arjuna sendirian di bukit itu.
Keesokan harinya, Arjuna kembali ke desa dan menceritakan apa yang dialaminya kepada penduduk. Mereka terkejut dan merasa bersalah atas perlakuan yang diterima Ranga. Dengan bantuan Arjuna, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah monumen kecil di bukit itu sebagai bentuk penghormatan dan permintaan maaf kepada roh Ranga.
Sejak saat itu, bayangan di balik nisan tidak pernah muncul lagi. Arjuna kembali ke kota dengan hati yang lega, membawa cerita unik dan penuh makna yang akan selalu diingatnya. Pemakaman tua itu kini tidak lagi dianggap berhantu, melainkan sebagai tempat bersejarah yang penuh dengan kenangan akan keberanian dan pengorbanan seorang prajurit.