Saya memilih topik Piala Dunia untuk menyambut Hari Anak Nasional karena daya magnet dan aroma even terbesar sepak bola sejagad itu masih terasa dekat dan hangat. Niatan untuk melakukan pencanangan gerakan nasional anti kekerasan dan kejahatan seksual hanya banyak berkutat di area konsep dan retoris belaka. Semua pihak harus diberi ruang untuk memberi masukan sekaligus solusi untuk memperkuat sepak terjang di lapangan, khususnya dikalangan anak-anak sendiri.
Piala Dunia 2014 bisa menjadi penawar dan media untuk mendekatkan anak dengan isu yang rada sensitif. Anak-anak harus diberi arah lewat jembatan yang penun warna; menarik, menghibur dan tidak merasa digurui. Cerita panjang Piala Dunia 2014 akan menjadi teman setia dikala senggang maupun masa sibuk masuk sekolah setelah masa libur bulan puasa. Di bawah ini saya hadirkan indeks beberapa tulisan di Kompasiana.
http://sosbud.kompasiana.com/2014/07/09/kata-anakkui-am-sorry-good-by-neymar--667301.html
Di link tulisan di atas bisa memberi gambaran betapa dalamnya kspresi anak-anak yang mengidolakan Neymar, striker Brasil. Sejak dari tampilan pertama di Piala Dunia, pria yang bergabung Barcelona itu benar-benar tampil prima. Publik menyambutnya layaknya pemain bintang sekelas Pele. Sayangnya, diperjalanan tandang pasca perempat final, pemain calon top score itu cedera.Pertandingan semi final Brasil berhadapan Belanda tanpa gol, sebelumnya melawan Jerman hanya 1 gol. Kedua perrhelatan puncak ini Neymar hanya bisa menyaksikan dari bangku cadangan. Kasihan nasib Neymar
http://olahraga.kompasiana.com/bola/2014/07/07/kompasiana-kampus--665349.html
Siapa bisa mengira kalau tulisan yang terekspos di Kompasiana itu teranggal 7 Juli. Padahal, akhirnya kostum yang saya gunakan bersama ketiga anak saya - ternyata Jermanlah pemenangnya. Ini menjadi tantangan buat saya untuk membuktikan kalau ada permintaan argumen dengan pilihan menjagokan Jerman. Permainan hebat Jerman bisa mematahkan Brasil 7-1, kemudian mengandaskan Argentina 1-0.
Pattunuang Asue: 180714