Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Anak-anak (dan) Kita

22 Agustus 2012   16:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:27 73 0
Lepas Maghrib, 18 agustus 2012

Ramadhan tahun ini telah berakhir, sorak sorai penuh kemenangan begitu menggema di langit-langit senja. Dan kebetulan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia sama-sama menentukan 1 Syawal jatuh pada hari Ahad besok, tentu saja harapanku dengan berbarengannya Ied fitri nanti pasti lebih semarak. Begitu, meski....

Masjid kami tak kalah sibuk dalam mempersiapkan segala pernak-pernik akhir Ramadhan. Mulai penerimaan zakat fitrah, maal dan fidyah sampai pembagiannya. dengan orang-orang (panitia) yang begitu luar biasa dedikasinya mengabdi umat, sesekali saya ambil bagian kecil disana, sekadar menyumbangkan
apa yang bisa saya berikan, sekaligus belajar bagaimana mengemban tanggung jawab sosial, tanpa pamrih. Dua kata terakhir yang benar-benar saya belajar agar bisa mencapai tingkat kesadaran tersebut.

Soal zakat selesai, agenda lain datang. Ini hadir dari anak-anak TPA, para bocah dengan tatapan polos menghadap peradaban. Yang justru dari mereka saya merasa sungkan membaur, karena tiap sore beberapa syair mereka lantunkan. yang paling favorit tentu tepuk anak sholeh. lirik terakhir yang mungkin sulit saya terjemahkan dan saya pahami. Islam Islam Yess, Kafir Kafir Noo. Asli saya merasa tersindir hebat dengan lengkingan bocah-bocah tersebut, bocah penuh kejujuran, dan kegembiraan. sementara saya sendiri pun tak tahu, dan memang tak tahu siapa pencipta lagu ini, dan makna Islam disini yang mana, dan makna kafir disini yang mana, karena dalam pola pikir anak barangkali ini sulit dicerna, jangankan anak kecil saya sendiripun dengan umur setua ini belum paham betul tentang itu, kecuali Islam dan kafir kulit luarnya saja. dari KTPnya dan langsung menghakimi spiritualnya. Aah, tentu bukan itu maksudnya.

Anak-anak TPA melalui staff pengajar meminta izin untuk mengadakan takbir keliling, meski dengan kelompok kecil dan persiapan minim. Tapi melihat semangat mereka jelas tak diragukan, hasratnya untuk mengagungkan asma Allah lagi-lagi menyindirku. Sekitar dua tahun ini saya memang tak aktif lagi ngrusuhi TPA, karena sibuk dan juga ada guru yang benar-benar guru untuk bisa ditiru, Mbak Runing, Mbak Lia, Mbak Via dan Mas Yanu, formasi ideal untuk membentuk karakteristik anak-anak kita. Totalitas dan loyalitas mereka menjadi bahan pembelajaran saya. Kalau sedang gatal saya mencoba ikut nimbrung bersama anak-anak untuk sekadar membantu mereka mengeja kata perkata huruf arab, untuk urusan moral sekali lagi saya merasa belum pantas bicara soal itu. Maaf adik-adik saya perlu banyak belajar lagi.

Dalam pelaksanaan takbir keliling ini, terjadi miskomunikasi antara pihak TPA dan takmir, niat dari TPA hanya untuk keliling beberapa RT saja, sedang takmir kadung mendaftarkan diri di perlombaan takbir p2a sedesa Tlogo. sempat terjadi kekecewaan staff pengajar akibat kesalahpahaman ini. Sebagian anak-anak ingin mundur. Dasarnya saya memang masih bodoh dalam berdiplomasi, apalagi dengan anak-anak yang perlu ilmu psikologi khusus. Saya mencoba sedikit memberi jalan dan menyampaikan usulan solusi dari takmir pada staff pengajar TPA, yang juga pendamping takbir nantinya. Wakil ketua takmir sudah mewanti-wanti sebelumnya kalau Mbak Runing cs gak bisa mendampingi, saya yang disuruh mendampingi.

Alhamdulillah solusi diterima, anak anak dibawah SD dipersilakan pulang, beberapa anak yang tersisa segera diantar ke lapangan. Tak banyak memang. Tak masalah, tak juara, justru saya ingin jangan sampai juara, kalau itu membuat anak-anak kita merasa paling unggul, paling hebat diantara yang lain, karena memang kesombongan itu sirr, begitu halus. Dan anak-anak tampak bangga dengan partisipasi mereka, selamat anak-anak. kalian begitu dewasa, puncak keinginan kalian tadi malam adalah ikut mengagungkan asma Allah, bukan piala, bingkisan atau uang.

Semoga tetap dalam kemenangan dik, meski diluar begitu banyak pilihan peran yang menggiurkan. Hari-hari makin panjang untuk terjebak dalam kebohongan dan kemunafikan, semoga tetap diberi kemuliaan.
Kalian memberi saya pelajaran menjelang ied Fitri ini, saya memang bukan anak-anak lagi, tapi siapa pun tahu kalau saya ini memang masih kanak-kanak.
selamat IEdul Fitri 1433 H, maafkan segala peran saya yang kurang baik menurut anda :)

wassalam,
Prambanan, 19 Agustus 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun