Tulisan ini tidak bermaksud menganalisis kebenaran sangkaan Martin (1 ataupun apologia GM (2, melainkan sekadar berpamrih mendedah lebih jauh ekspresi politik kelas menengah khususnya terkait isu pertembakauan. Saya sengaja mendudukkan GM sebagai representasi dan sekaligus model kelas menengah itu. Tentunya kelas menengah di sini bukan dalam artian konsumsi life style yang artifisial, melainkan justru mereka dari kalangan cendekia (well educated people).