Disini, saya ingin berbagi kesan-kesn saya membaca novel-novenya Abidah El Halieqy, salah satu novelis perempuan yang konsen menulis tentang keperempuanan, ya bisa dibilang fatima mernissinya Indonesia. Dan memang dalam salah satu wawancaranya Abidah mengakui bahwa dia terinspirasi dari Feminis Maroko tadi juga almarhumah Nawal El Shadawi, penulis dan feminis asal mesir.
Walaupun menurut saya pribadi, tetap ada perbedaan antara ketiganya, mungkin ini juga berdasarkan latar belakang pengalaman dari mereka. Fatima Mernissi dn Nawal El Shadawi cenderung lebih radikal menurut saya, apalagi mengingat pengalaman pahit Nawal sendiri yang kala itu pernah dipenjar karena ketajaman tulisannya dalam mengkritik kemapanan (kondisi sosial-budaya Mesir kala itu) yang menempatkan perempuan sebagai kelas kedua.
Perlakuan terhadap perempuan yang ditempatkan sebagai secon class dalam dunia Timur-Tengah sudah lumrah, baru kali ini saja Arab Saudi mulai secara perlahan memberikan kelonggaran dengan mencabut beberapa peraturan yang sebelumnya mengekang kaum perempuan, yang mana bahkan untuk bisa mengenderai mobil sendiri saja tidak boleh.