Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Berbagi Adalah Hidup yang Sesungguhnya

22 September 2014   19:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56 41 0
Banyak kisah cinta indah di dunia ini, tapi tak semua orang mau memahami & membagikannya.

Mungkin karena takut dengan penilaian orang lain atau ia memiliki prinsip hidup mengapa ia tak mau membagikannya.

Atau juga jika itu dibagikan, kau terlalu fokus dengan kesedihanmu. Menganggap bahwa itu tidak akan pernah menjadi bagianmu tanpa kau mengerti bahwa sebenarnya kau hanya sulit memahami kebahagiaan yang menghampirimu saja sehingga kau menganggapnya tak ada.

Ya, tanpa kau mengerti kadang kebahagiaanmu tidak harus selalu datang persis dengan wajah yang sama seperti dengan kebahagiaan orang lain.

Atau kau hanya sulit mempercayai kebahagiaan orang lain selain kebahagiaanmu sendiri

Atau kau tak mampu berbahagia dengan kebahagiaan orang lain.

Atau kau sama sekali tidak mengerti mengenai apa itu cinta & kebahagiaan.

Atau kau memahaminya sebatas tawa saja tanpa kau mau mengerti bahwa sebenarnya itu mengenai pertemuan tawa & tangis dalam hidup yang membuat hidup ini lebih berwarna & bermakna.

Begitu pun banyak kisah yang begitu kejam di dunia ini, begitu menyedihkan tapi tak semua orang mau memahami & membagikannya.

Mungkin karena ia juga takut akan penilaian orang lain.

Atau mungkin ia merasa bahwa setiap orang sudah memiliki masalahnya sendiri-sendiri, sehingga ia tak perlu membukanya -- cukup untuknya sendiri.

Atau ia tak ingin orang yang berhati kejam tertawa di atas penderitaannya.

Jika pun itu dibuka, kau mungkin hanya akan mengatakan "kasihan" atau "ah, untung saya tidak mengalaminya".

Atau yang paling kejamnya lagi kau berbisik dalam hatimu "makanya jadi orang jangan bla bla bla. Itu karmamu".

Padahal kita bisa berkata secara langsung atau dalam hati saja, "terima kasih sudah berbesar hati membagikannya. Sehigga saya menyadari bahwa sebenarnya tak ada alasan bagiku untuk tidak bersyukur".

Jadi jangan heran ketika banyak orang mengatakan "kisah itu sangat berlebihan".

Atau "dia hanya ingin mencari sensasi saja".

Atau "dia terlalu berlebihan menanggapi persoalan hidupnya".

Atau "tak ada kisah seperti itu. Itu hanya cerita karangan & khayalan saja"

Sehingga mereka memaknai hidup sebatas bangun tidur, makan, kerja & tidur lagi, lalu mati.

Atau berlomba menjadi yang terdepan dan lupa untuk melihat ke atas, ke bawah, ke samping kiri & kanan -- lupa saling mengasihi sehingga banyak hal yang sebenarnya istimewa yang terlewatkan dan bahkan tak mampu dipahaminya sebelum ia mengalaminya sendiri - lebih sibuk saling mencemooh.

Mereka tak tahu bahwa berjalan bersama menuju masa depan meski berbeda itu merupakan seni sesungguhnya dalam menjalani hidup -- kebahagiaan yang tak semu.

Dan bahkan ketika nanti kita bertemu di persimpangan jalan menuju keabadian, mungkin kita juga akan tetap tidak saling menyapa -- kita akan masih tetap menjadi orang yang sibuk menjadi yang terdepan.

Karena seandainya pintu surga itu tertutup dan semua orang ingin berlomba untuk mengetuknya, bisa jadi yang begitu bersabar memberi kesempatan kepada mereka yang serakah dipanggil seorang malaikat untuk masuk melalui pintu lain.

Dan mereka yang sudah terbiasa hidup dengan egonya hanya tinggal mengetuk di depan pintu yang tidak akan pernah dibukakan untuknya.

Bisa jadi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun