Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Magis Bambu Gila

13 Oktober 2014   04:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:17 81 0
Para pemuda kekar itu bersimbah peluh. Mereka diperdaya oleh kekuatan sebatang bambu yang didekap bersama-sama di dada masing-masing. Mereka terseok-seok menahan gerakan liar bambu itu. Mereka diseret ke kiri, dibetot ke kanan, ditarik ke bawah, bahkan diangkat ke atas seperti hendak melayang terbang. Semakin kuat usaha mereka untuk mengendalikannya, semakin membabibuta pula kekuatan bambu tersebut.

Menurut cerita, dahulu tenaga magis bambu gila itu sering digunakan untuk berbagai keperluan oleh masyarakat Maluku. Misalnya, mendorong kora-kora dari daratan ke lautan, atau memindahkan kapal atau perahu yang baru rampung dibuat di daerah perbukitan ke pinggir pantai. Kekuatan bara masuen, pada jaman kolonialisme, juga menjadi salah satu senjata andalan untuk mengobrak-abrik pasukan penjajah.

Saat ini, praktik itu terbilang jarang atau bahkan mungkin tak pernah lagi dilakukan. Meski demikian, demi kepentingan apresiasi dan pelestarian budaya, atraksi bambu gila masih kerap dipertunjukan khususnya di beberapa desa di Maluku Utara. Selain sebagai media hiburan, permainan ini juga bisa menjadi sarana untuk menjalin keguyuban, kekompakan dan kerjasama di antara masyarakat.

Begitulah filosofi buluh gila yang tercatat sebagai atraksi satu-satunya di dunia. Permainan yang diyakini sudah ada dan berkembang jauh sebelum Islam dan Kristen dikenal di Maluku ini, galibnya dimainkan oleh tujuh atau sembilan pria. Merekalah yang bertugas menahan amukan batang bambu yang telah diperlakukan khusus dengan ritual tertentu. Dahulu bambu sepanjang sekitar tiga meter itu, harus ditebang langsung dari hutan belantara di Gunung Gamalama.

Pada harinya, sang pawang segera merapalkan mantra-mantra dalam Bahasa Tanah, salah satu bahasa tradisional Maluku. Sambil terus diiringi bunyi tifa yang ditabuh secara ritmis, pemimpin pertunjukan itu kemudian membakar dupa yang ada di dalam tempurung kelapa. Mengikuti perintah angin, bau kemenyan lalu merambat dan menyebar ke mana-mana. Perlahan-lahan suasana mistis pun mulai terasa mewujud.

Terlebih saat sang pawang meniup-niupkan asap dupa ke sekujur batang bambu yang didekap para pria itu. Selain asap dupa, untuk memanggil kekuatan gaib, kadang-kadang sang pawang juga menyemburkan jahe yang dikunyahnya ke batang bambu itu. Apapun medianya, sesudahnya ia akan berteriak keras, “Bara masuen.” Sejurus kemudian, serempak para pria yang sudah siaga itu menimpalinya dalam bahasa lokal yang artinya, “Benar-benar jadi.”

Dan bambu itu benar-benar bergerak, berguncang, dan bertenaga. Bambu itu mengombang-ambingkan para pendekapnya, mengikuti asap dupa dalam tempurung kelapa yang dipegang sang pawang. Semakin banyak asapnya, semakin gila juga kekuatan bambunya sehingga sulit untuk dikendalikan. Walhasil, para pemain yang kekar dan sangat prima pun akan kehabisan tenaga, sebelum kemudian lunglai dan jatuh tak berdaya.

Aneh memang, tapi itulah keunikan permainan bambu gila. Inilah salah satu kekayaan khazanah kebudayaan Indonesia yang kini sudah diakui pula sebagai salah satu warisan budaya takbenda dunia yang harus dilestarikan keberadaannya. Inilah magis bambu gila. (naskah dari berbagai sumber; foto dari indonesia.travel)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun