Saat ini Anda sedang kecewa dengan apa yang Anda miliki? Sedang menggerutu karena banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan harapan Anda? Mari ikut saya mengunjungi Bakti Luhur - Yayasan yang dikelola oleh Pastor Yansen CM. Yayasan ini punya banyak asrama dan sekolah di banyak tempat di Indonesia, pusatnya di Malang, tepatnya di Jalan Dieng. Inilah sekolah rasa syukur terbaik untuk kita.
Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Asrama Bakti Luhur di Dieng, atas permintaan seorang sahabat. Saya diminta untuk menemui tiga orang personel Vocal Group yang telah berhasil mencuri rasa kagumnya. Mereka adalah Agnes, Irene, dan Rian, tiga gadis yang sedang tumbuh dewasa dan mencari jati diri.
Tahukah Anda, apa yang membuat saya begitu terpesona? Wajah-wajah malaikat mereka! Wajah yang begitu bening dan bersinar, wajah yang ceria tanpa beban, saya tidak melihat segaris deritapun di wajah ceria ini. Benar, mereka tidak terlahir sempurna; benar mereka tidak dikarunia mata yang sempurna untuk menangkap cahaya dan warna kehidupan; benar, mereka tidak sama seperti kita - mereka berbeda. Tapi dari mana mereka mendapat rona malaikat di wajah mereka?
Setelah beberapa saat ngobrol dengan mereka, saya tahu jawabnya: MENERIMA - menerima bahwa mereka dilahirkan dengan tanpa diberi kesempatan untuk melihat cahaya, menerima bahwa mereka harus menjalani hidup dengan cara berbeda. Hebatnya, salah satu dari mereka menerima bahwa orang tuanya menolak dia dan meninggalkannya di rumah sakit, sampai akhirnya dia diasuh di Bakti Luhur. Menerima dengan ikhlas, dan menjalani kehidupan ini dengan suka cita karena mereka tahu mereka disayangi Tuhan. Itu rahasia wajah malaikat mereka.
Mereka menjalani keseharian mereka tidak beda dengan kita, mengurus diri sendiri, juga mengurus (saling menolong) orang lain. Di asrama, mereka diberi tugas untuk mengurus 'rumah' tempat mereka tinggal, menyapu, mengepel, mencuci piring, dan baju. Juga membimbing 'adik-adik' mereka. Ada kasih dalam keseharian mereka.
Agnes, Irene, Rian, mereka tahu betul keterbatasan mereka, seperti juga mereka benar-benar tahu bahwa mereka diberi talenta yang istimewa: SUARA yang MERDU! Tahu cita-ciat mereka? BUKAN TUKANG PIJIT, BUKAN UNTUK TERGANTUNG SEUMUR HIDUP PADA BELAS KASIAN ORANG LAIN. MEREKA INGIN MENGEMBANGKAN TALENTA MEREKA! Agnes ingin menjadi guru Vokal, Irene ingin menjadi musisi dan penyanyi hebat (dia paling musikal dibanding dua temannya - bisa main gitar dan keyboard, sudah bisa menciptakan lagu), Rian juga bercita-cita jadi penyanyi. Dengan tulus saya mengamini cita-cita mereka, dan berharap Tuhan memberi jalan bagi mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka.
Agnes, Irene, dan Rian diberi karunia talenta yang besar, sayang, belum terasah dengan baik. Selama ini tidak ada guru yang membimbing mereka berlatih. Pernah, sekitar dua atau tiga tahun yang lalu, sebelum mereka pentas di Singapore untuk acara pertukaran budaya "Melodies from the Heart" yang digagas oleh Mother Yosephine, mereka mendapat bimbingan intensif dari Ibu Diah dari sekolah vokal Narwastu. Latihan yang cuma sekitar dua bulan ini, dan ditambah satu kali latihan dari Pak Mado - guru SMA Dempo, rupanya membekas dengan baik, sampai saat ini mereka berlatih pernapasan dan olah vokal sendiri berdasar apa yang mereka dapat dari kedua guru tsb. Mereka akan gembira sekali bila ada guru yang mau membimbing mereka.
Saudara, sekali lagi saya dibuat kehilangan kata-kata dan harus menjaga nada bicara saya (supaya mereka tidak tahu kalau saya menangis) ketika mereka menyanyi lagu George Groban - You Raise Me UP - bening - seperti suara Malaikat. Lebih terharu dan kagum lagi ketika mereka memperdengarkan lagu ciptaan Irene yang liriknya ditulis oleh Yuli (sayang saat ini Yuli sudah meninggalkan asrama) - "RINDU SINAR CAHAYA"