Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Jazz, Fashion, dan Obsesi – 4 (habis): Modelmu!

19 Maret 2010   22:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:19 141 0
[caption id="attachment_97968" align="alignnone" width="500" caption="seorang model yang melangkah di anjungan"][/caption] Beberapa hari ini saya menulis mengenai model. Hasil pengalaman menonton pagelaran L’Oreal Melbourne Fashion Festival (LMFF). Tiba-tiba saja hari ini menancap dalam benak saya satu kata, modelmu. Ini bukan kata dalam bahasa Indonesia, tetapi ungkapan dalam bahasa Jawa sehari-hari.

Ungkapan modelmu sejajar dengan ungkapan (maaf) raimu, dapurmu, gayamu, dan sejenisnya. Sekali lagi maaf, jika saya menggunakan kata-kata ini. Kata-kata ini bukan saya tujukan kepada para pembaca. Kata-kata ini sungguh saya tujukan kepada diri saya sendiri. Ketika saya menulis tentang para model, tentang mimpi mereka menjadi bintang, tentang banyak orang yang bermimpi menjadi bintang; seolah saya lebih baik dari mereka. Dalam konteks ini hati saya menyindir diri saya sendiri dengan ungkapan modelmu!

Nyleneh

Tidak lazim adalah ungkapan yang pas untuk menggambarkan ke-nyleneh-an sesuatu atau seseorang. Tampil nyleneh adalah salah satu cara menarik perhatian. Terlebih dalam dunia yang mengharuskan sesuatu yang lebih dari sekedar luar biasa. Yang biasa sudah bukan jamannya lagi, yang luar biasa jumlahnya sudah banyak. Maka yang dicari adalah yang lebih dari sekadar luar biasa. Nyleneh bisa menjadi jalan ke sana.

Kerap orang tampil nyleneh karena terobsesi dengan sesuatu. Di sini saya hendak bercerita mengenai seorang, saya tidak tahu dia laki-laki atau perempuan, yang memiliki obsesi untuk mengubah gender. Seandainya dia perempuan pasti terobsesi untuk menjadi lelaki. Kalau dia lelaki pasti terobsesi menjadi perempuan. Atau, dia memang terobsesi menjadi perempuan bukan, lelaki juga bukan. Wah, ini saya menjadi bingung.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun