Rupanya, harapan itu bukanlah harapan kosong. Menurut perhitungan suara, ada satu anggota dari Fraksi PKB yang tidak mengikuti apa yang menjadi pilihan pimpinan partai. Sebuah pilihan yang sangat berani. Bahkan, dengan bahasa yang saya sesuaikan dengan tulisan saya kemarin, ia bisa mengalami nasib sebagai martir.
Saya tidak terlalu berlebihan mengatakan demikian. Karena sikapnya itu, ibu kelahiran Jombang yang hari ini berulang tahun ke 62 itu bisa kehiangan posisinya di PKB. Toh keberaniannya harus dihormati dan saya pribadi sangat mendukung. Mungkin dia juga akan dijauhi oleh teman-teman di partainya, toh ini bukan sipak pertama. Beberapa waktu yang lalu, ia juga berani berseberangan dengan kakaknya. Ia punya sikap, ia mendengarkan hati nuraninya. Dan itu patut dihormati.
Dukungan saya ini bukan menyatakan opsi C pasti benar. Saya tidak ingin terjebak dalam pilihan benar dan salah. Dukungan saya ini lebih bermakna moral. Dukungan kepada seorang pribadi yang berani mengikuti suara hati dari pada mengikuti apa kata ketua fraksi. Dukungan saya ini lebih bersikap pribadi kepada insan yang tidak mematikan suara hati. Dukungan kepada seorang ibu yang berani menjadi diri sendiri dan bukan boneka partai.
Di akhir catatan singkat ini, saya akan terus mendoakan, bukan hanya pada Ibu Lili Wahid, tetapi juga kepada semua orang yang mau mendengarkan suara nuraninya. Mereka yang dengan tekun memperjuangkan apa yang menjadi kebenaran. Mereka yang tidak takut menghadapi tantangan meski diancam bahaya. Mereka yang terus berjuang, demi tegaknya kebenaran.
Siapapun mereka, kiranya patut mendapat dukungan dan doa itu. Semoga makin banyak pribadi yang sungguh-sungguh berjuang bukan demi kekuasaan, tetapi menegakkan kebenaran. Di sini saya juga mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ibu Lili, semoga senantiasa dilimpahi kesehatan, kebijaksanaan, dan kemurnian hati, serta terus memiliki keberanian untuk melihat dan memilih kebenaran sesuai dengan suara hati. Kiranya juga dijauhkan dari segala bahaya.
Salam,
Melbourne, 04-03-10