Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

"Sori Ye, Maap Saja Kagak Cukup!" (Catatan Akhir Pekan)

13 Februari 2010   00:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57 310 0
[caption id="attachment_73363" align="alignleft" width="300" caption="(foto, www.kapanlagi.com)"][/caption] Dua tahun yang lalu, Kevin Rudd, Perdana Mentri Australia meminta maaf kepada masyarakat Aborigin mengenai kebijakan pemerintah pada banyak tahun yang silam. Saat itu ada kebijakan untuk ‘meningkatkan’ kualitas hidup masyarakat Aborigin. Salah satu caranya adalah mengambil anak-anak dari keluarganya dan mendidiknya secara khusus.

Ternyata kebijakan itu di kemudian hari dinilai tidak terlalu bijak. (hmm, ada ternyata kebijakan yang tidak bijak.) Apa yang diharapkan tidak terjadi. Anak-anak yang diharapkan bisa tumbuh dan terdidik baik itu tidak mampu memenuhi teori yang telah dibuat. Bahkan boleh dikatakan kebijakan itu gagal total. Banyak dari anak-anak itu sekarang tidak diketahui rimbanya, ada yang tidak mau kembali ke keluarganya, ada yang menderita tekanan mental, dan masih banyak lagi.

Harapan bahwa dengan mengambil anak-anak dari keluarganya dan mendidiknya secara khusus akan mampu menghasilkan generasi yang bisa membangun kelompoknya salah. Bahkan sebagian kelompok mengatakan, bahwa mereka kehilangan satu generasi penerus. Bahkan secara kasar aa yang berpendapat bahwa pemerintah telah mencuri anak-anak dari masyarakat Aborigin dan tidak pernah mengembalikan.

Meminta maaf atas kesalahan di masa lampau juga pernah dilakukan oleh Gereja Katolik. Beberapa tahun yang lalu, Paus (pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma) meminta maaf atas kesalahan Gereja menghukum Galileo. Saat itu masyarakat pada umumnya (yang dipengaruhi kekristenan) mengakui bahwa bumi adalah pusat alam semesta. Matahari, bulan dan planet-planet yang lain berputar mengitari bumi.

Galileo yang mengeluarkan teori bahwa bumi bukanlah pusat, melainkan mataharilah pusatnya. Dengan teori itu Galileo dianggap sesat dan mendapat perlakuan yang tidak pantas, ia dihukum mati. Di kemudian hari terbukti bahwa teori Galileo benar dan Gereja meminta maaf atas hal itu. Permintaan maaf itu juga disertai dengan pengembalian nama baik.

Dua kejadian di atas adalah sedikit contoh dari tindakan meminta maaf atas kesalahan di masa lampau, bahkan ketika hal itu dilakukan oleh orang lain. Meminta maaf adalah tindakan yang luar biasa walau tidak segampang yang dibayangkan. Mengucapkan maaf saja mungkin mudah, tetapi, mengubah sikap bukanlah sesuatu yang mudah. Mengatakan “maaf ya” adalah sangat gampang. Namun mengubah pola fikir, mengubah perilaku, meninggalkan cara hidup yang lama, membutuhkan perjuangan dari pada sekadar mengatakan, “maap ye…”.

Hal lain yang tak kalah penting adalah kesediaan dan kemampuan memberi maaf. Memberi maaf yang bukan sekedar, “iye gue maapin,” tetapi sungguh mengalir dari hati dan mewujud kepada sikap. Ada banyak orang mengatakan telah memaafkan, namun hanya sebatas di bibir saja. Pikiran, hati, dan sikapnya sama sekali belum memaafkan. Hal ini juga membutuhkan kebesaran hati dan kelapangan dada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun