Satu persatu, mereka yang kita teladani hidupnya kembali kepada Sang Khalik.
Satupersatu mereka memenuhi taman makam, entah pahlawan atau bukan.
Satu persatu mereka pergi, meninggalkan kenangan yang kita puji.
Satu persatu mereka pergi, hingga saatnya kita pun ditandu.
Teman, satu-persatu orang-orang hebat di sekitar kita, para panutan dalam kehidupan, meninggalkan kita. Satu persatu mereka memenuhi taman makam. sebagian dari kita mengenang mereka dengan kata indah, tulisan bagus, tak jarang yang mengharu biru. Apa itu cukup.
Saya yakin, Gus Dur akan sangat bangga kalau kita tidak sekadar memujinya. tetapi meneruskan perjuangannya, menjaga keberagaman, membela yang kecil, dan menegakkan kebenaran.
Saya yakin, Frans Seda akan sangat bangga, jika generasi penerusnya memperjuangkan perekonomian dengan baik, dengan bermoral. Perekonomian mesti dibarengi dengan moral yang baik, itu keyakinan Frans Seda. Tentu ia gelisah jika pelaku ekonomi tidak mengindahkan moral.
Mereka berdua, adalah sedikit contoh guru dalam kehidupan yang pergi. Tinggal giliran kita. Senyampang masih ada kesempatan, mari kita buat semampu kita.
Meneruskan semangat Gus Dur dan Frans Seda. Berlaku benar, bahkan ketika masih dalam pemikiran. Berbicara benar, sesuai dengan hati yang benar. Memiliki semangat yang besar, untuk membela yang dipinggirkan, untuk menjaga keberagaman. Bekerja keras menumbuhkan perekonomian, dengan tetap berpegang kepada nurani yang baik. hidup sederhana sebagai cerminan bela rasa dengan yang menderita.
Seperti lagu di masa lalu. Lihat kebunku penuh dengan bunga, ada yang merah dan ada yang putih...... lihat kebunku, semuanya indah. keberagaman itu membuat kehidupan menjadi lebih indah.
Sungguh menyenangkan jika kita bisa menyumbang peran, menjaga keindahan taman yang beraneka ragam itu, sebelum kita masuk ke taman makam.