Bertahun-tahun saya rutin meminum teh. Biasanya dua kali setiap hari. Teh hitam dan teh melati paling sering saya nikmati. Sebab dua jenis teh itu memang paling mudah dijumpai di pasaran. Kadang saya selingi dengan teh hijau.
Saya bersyukur telah menemukan cara paling pas untuk mendapatkan secangkir teh terbaik. Yakni dengan meraciknya menjadi teh "Nasgitel" alias alias panas, legi, dan kentel.
Saya pun lebih suka menyeduh daun teh dibanding merendam teh kantung atau teh celup. Mungkin ini pengaruh dari bapak yang suka teh tubruk. Ketika kecil beliau sering menyuruh saya untuk membuatkan teh tubruk. Dari situ saya menemukan bahwa mengaduk teh, memperhatikan perubahan warna air, dan membaui aromanya yang menguap secara perlahan ternyata mengasyikkan.
Mendengarkan bunyi denting sendok yang beradu dengan dinding gelas, mengamati putaran air dan buihnya, semuanya saya nikmati. Puncaknya tentu saja ketika minuman teh telah diseruput.