“Bilakah dia tahu apa yang tlah terjadi, semenjak hari itu hati ini miliknya...andai dia tahu”
Apa yang anda pikirkan terhadap pria yang menggemari KAHITNA? Cengeng seperti syair-syair KAHITNA?. Melankolis dan mendayu-dayu seperti tempo lagu mereka? Atau lemah seperti butiran debu?. Salah besar.
Memang mungkin tak banyak pria yang mau terang-terangan mendeklarasikan diri sebagai penggemar fanatik KAHITNA. Bisa jadi karena khawatir dicemooh oleh Ahmad Dhani. Padahal beberapa lagu ciptaan Dhani sendiri ada yang lebih cengeng dan puitis dibanding milik KAHITNA.
Kita cukupi saja tentang Ahmad Dhani. Tulisan ini juga bukan didedikasikan baginya. Melainkan dibuat dalam rangka mengisi 29 Tahun KAHITNA yang akan jatuh 24 Juni 2015 mendatang.
Jika ada lembaga survey yang meneliti preferensi selera musik laki-laki dan wanita dewasa normal di Indonesia, saya hampir yakin hasilnya proporsi penggemar KAHITNA dari kalangan wanita akan sangat timpang dibanding pria. Datanglah ke konser KAHITNA dan buktikan bahwa 80% penontonnya adalah mbak-mbak dan ibu-ibu. Sementara 20% pria yang datang terdiri dari mereka yang terpaksa menemani pasangannya dan baru sisanya benar-benar penggemar fanatik KAHITNA yang kebetulan sedang galau atau sengaja ingin nostalgia.
Terjebak di dalam rombongan mbak-mbak dan ibu-ibu adalah konsekuensi logis yang harus diterima dengan lapang dada oleh pria yang menonton konser KAHITNA. Dalam beberapa kali kesempatan menonton KAHITNA, sayaduduk atau berdiri di dalam barisan dan kerumunan “Dharma Wanita KAHITNA”. Untungnya saya sudah agak terlatih untuk berlapang dada.
Lagipula bagi saya pria yang suka KAHITNA itu bukan manusia biasa. Meskipun harus juga saya katakan bahwa datang menonton konser KAHITNA seorang diri akan membuat seorang pria terlihat sangat aneh.
Saat menonton KAHITNA di Malang pada 6 Desember 2011 saya datang bersama 5 wanita penggemar KAHITNA. Di dalam venue saya berdiri dekat dengan seorang pria yang saya kira ia adalah orang keamanan karena kebetulan show KAHITNA malam itu berlangsung di sebuah tempat hiburan malam ternama di Malang.
Apalagi rambutnya yang nyaris gundul dan sebuah tato mengintip dari lengannya yang tak sepenuhnya tertutup lengan pakaian. Sepanjang pertunjukkan pria itu jarang beranjak dari tempatnya berdiri. Sesekali ia mondar-mandir tapi akhirnya kembali ke tempat semula.
Sampai beberapa lagu dibawakan saya tak melihatnya sebagai seorang penggemar fanatik KAHITNA yang hafal-hafal lagu superband itu. Tapi pada suatu ketika pria itu membuat mata saya terbelalak. Ia sangat menghayati saat KAHITNA menembangkan Tak Sebebas Merpati.
Saya yang berjarak 2 meter darinya pun kagum saat melihat ia dengan manis ikut menirukan“Terima kasih kau terima pertunangan indah ini, bahagia meski mungkin tak sebebas merpati”,sambil menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti irama ballad lagu tersebut. Pria kekar berkepala gundul itu ternyata perasa dan hatinya selembut bulu sayap merpati.
Kejadian yang hampir serupa saya temui di Konser HATI KAHITNA yang berlangsung di Semarang tahun 2012. Saya datang menonton bersama 3 wanita penggemar KAHITNA yang jauh-jauh datang dari Jakarta. Menonton dari baris festival saya berdiri dekat seorang pria tinggi berbadan tegak. Pakaiannya cukup santai dengan celana jeans dan kaus berkerah. Saya tak terlalu memperhatikan responnya terhadap lagu-lagu KAHITNA karena saya juga asyik sendiri mengikuti pertunjukkan KAHITNA. Tapi saat KAHITNA tampil membawakan lagu-lagu lawas berjudul Cantik Adakah Dia, Sebatas Mimpi serta Cita Diri, bersama 2 vokalis lamanya yakni Rita Effendi dan Netta K. Dewi, perhatian saya seketika tertuju pada pria itu. Dengan semangat ia ikut mendendangkan Cantik. Sementara saat lagu Adakah Dia dan Cita Diri ditembangkan, spontan ia berkata girang: “Jaman cipta lagu populer ini!”.
Saat itulah saya menjadi paham bahwa pria itu rupanya penggemar KAHITNA sejak lama. Lagu Adakah Dia dengan formasi vokalis KAHITNA Rita Effendi dan Netta serta Cita Diri milik Netta memang diciptakan di era 80-an akhir dan 90-an awal ketika KAHITNA masih menyandang label band festival dan Yovie Widianto mulai banyak mencipta lagu salah satunya untuk lomba Cipta Lagu Populer. Begitu kuatnya ingatan pria itu sehingga ia masih mengenali dan hafal dengan lagu Adakah Dia. Padahal lagu tersebut jarang dibawakan KAHITNA dan tak banyak penggemarnya yang hafal syairnya. Salut.
Saya tak mengatakan pria lebih mampu menjaga hati dibanding wanita. Saya juga tak beranggapan kalau pria itu bisa lebih lembut perasaannya dibanding wanita. Tapi pria yang menggemari KAHITNA jelas bukan pribadi yang cengeng. Justru kebalikannya, dua kejadian di atas cukup bagi saya untuk menyusun hipotesis bahwa pria hebat adalah yang berani dan percaya diri menonton konser KAHITNA seorang diri. Saya pun menarik kesimpulan sementara bahwa pria baik-baik adalah penggemar KAHITNA.
"Sesungguhnya aku kangen kamu...di mana dirimu, aku nggak ngerti..."