Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Kompasiana Etalase Warga Biasa: Di Antara Cerita, Cibiran dan Cinta

15 November 2013   11:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:08 218 6

Ketika selesai membaca buku ini untuk kedua kalinya, saya baru yakin kalau saya telah menjadi bagian dari sebuah media sosial terbesar di Indonesia, atau lebih dari itu jika mengamini pendapat sang penulis buku, boleh dikatakan sebagai blog sosial terdepan di asia bahkan dunia.

Seberapa jauh pendapat tersebut benar adanya, faktanya Kompasiana telah menciptakan loncatan besar dalam ranah media sosial di Indonesia. Dari hanya sebuah blog untuk komunitas yang terbatas, Kompasiana melesat sebagai nama yang dikenal luas. Kompasiana menjadi fenonema, padahal ia “hanyalah” sebuah etalase warga biasa. Kompasiana adalah cerita tentang pencapaian dari sebuah perjuangan idealisme yang ditempuh lewat perjalanan kreatif yang mengesankan dan pantas dibanggakan.

“Kompasiana Etalase Warga Biasa”, itulah judul buku ini. Ditulis oleh Pepih Nugraha, wartawan Kompas juga redaktur pelaksana komunitas kompas.com yang melahirkan dan membangun Kompasiana.

Ini bukan buku sejarah Kompasiana, meski 30% isinya memuat cerita asal mula dan segala proses kreatif yang berkaitan dengan kelahirannya. Buku ini juga jauh dari rasa besar kepala meski di dalamnya terungkap sejumlah pemikiran dan pencapaian hebat yang tak banyak orang tahu tentang Kompasiana. Buku ini lebih dari itu semua, melebihi ekspektasi orang jika hanya membaca judulnya.

Dengan bahasa yang renyah buku ini mengalir seperti catatan harian sang penulisnya. Setidaknya isi buku dibuka dengan kalimat “Akhir Oktober 2012, saya terlambat hadir di Rapat Redaksi Harian Kompas yang berlangsung setiap Rabu”. Itulah kalimat pertama bab 1 buku bersampul putih ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun