Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

[WPC 28] Komposisi Itu Seperti Barisan Warna, Senja dan KAHITNA

5 Desember 2012   04:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:10 437 6

Saya bukanlah orang yang secara khusus menyediakan waktu untuk belajar tentang fotografi karena saya memang tak berfikir untuk hidup dari sini. Ini hanya hobi, pun hobi yang dikerjakan hanya di kala mood atau keinginan datang dengan kapasitas memadai. Teori tentang fotografi ?. Saya bukan orang yang mengerti dengan baik apalagi hafal benar tentang exposure, kedalaman atau komposisi. Maka ketika WPC 28 mengambil tema komposisi saya tak berfikir seperti apa komposisi itu. Yang saya tahu cukup dangkal yakni ketika memotret  memindahkan dan menempatkan pandangan mata ke dalam bingkai. Dan kini saya mencoba untuk pertama kali berbagi gambar di forum WPC.  Jadi apa itu komposisi ??. Lebih baik simak dan pelajari dari ahlinya di sini.

Dalam perjalanan di dalam bus kota saya suka berlama-lama menyandarkan kepala untuk menatap ke luar jendela. Kadang saat lewat di beranda kampus, saya suka melempar pandangan menatap ke atas, melihat barisan jendela dan tiang besar yang menyangga atap Balaiirung.

Perkenalan intim saya dengan kamera terjadi bukan karena tuntutan hobi, melainkan penelitian. Menggemari Anggrek dan terlibat dalam beberapa penjelajahan dan eksplorasi Anggrek alam saya merasa perlu menaruh perhatian lebih pada dokumentasi lapangan.

Memotret anggrek dan habitatnya membuat saya perlahan belajar memindahkan gambar ke dalam sebuah bingkai foto. Saya memang lebih banyak menggunakan kamera untuk kegiatan “kotor” di alam dan hampir tak pernah meluangkan waktu secara khusus untuk hunting foto.

Namun pada akhirnya di saat-saat tertentu dalam sebuah perjalanan ke manapun, atau sedang melakukan apapun, selalu ada pemandangan yang mengundang keinginan untuk memotret, apapun itu. Kadang dalam senggang untuk mengisi sepi muncul keisengan menata benda apa saja yang ada di meja, memotret dan mencoba melihat hasilnya. Kadang saat melewati jalanan di sore hari lalu tertarik dengan senjanya, saya merasa perlu berhenti 10-15 menit hanya untuk melihatnya. Saya suka langit senja.

Konser musik ??. Ya saya suka menonton konser musik. Tapi hanya untuk artis-artis tertentu saja. NOAH, Dmasiv, Armada adalah contoh yang tak masuk dalam kriteria tontonan saya. Tapi saya menonton KAHITNA dan beberapa pertunjukkan musisi jazz. Dan lagi-lagi sejak dekat dengan kamera ada pergeseran dengan cara saya menikmati konser musik. Dulu saya asyik duduk menatap panggung dengan menggumam menirukan nyanyian mereka. Tapi kini selalu ada hasrat untuk sesekali berdiri atau maju ke depan untuk mengabadikan mereka hingga kadang melewatkan kenikmatan konser hanya demi mendapatkan sebingkai foto dari panggung.

Selalu ada banyak cara menikmati dan memaknai apa yang tersaji di depan mata. Ada yang suka membahasakannya dalam barisan kalimat maka jadilah cerpen, novel atau sekedar catatan harian.  Ada yang gemar mengabadikannya dalam bentuk video maka jadilah film dokumenter yang suatu saat dapat mengobati kerinduan. Tapi ada yang lebih suka menikmatinya langsung dengan mata, indera pemberian Tuhan dan ada juga yang menyimpannya dalam sebingkai foto. Cara memang boleh berbeda, tapi semua dilakukan untuk keinginan yang sama yakni karena kita tak ingin melewatkannya.

"Harusnya ku telah melewatkanmu Menghapuskanmu dari dalam benakku Namun ternyata sulit bagiku Merelakanmu pergi dari hatiku Selalu ingin dekat tubuhmu Namun aku tak bisa karena kau telah bahagia"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun