Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Foto: Slamet, Raksasa dari Pulau Jawa

17 September 2014   19:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:25 1460 16

Tubuhnya yang bongsor menjulang menembus awan. Kaki-kakinya menancap di lima wilayah. Dikenal berperilaku tenang, ia justru menggeliat sepanjang tahun politik 2014. Sejumlah mitos menghubungkannya dengan intuisinya tentang pergantian kepemimpinan Indonesia hingga terbelahnya Pulau Jawa.

Beberapa waktu lalu ia mengejutkan ribuan orang yang hidup di bawahnya. Leleran materi pijar keluar dari mulutnya, ratusan gempa per hati, dentuman keras tak henti-henti, ditemani abu dan asap berbentuk cincin yang tak biasa. Inilah Slamet, raksasa dari Pulau Jawa yang kini sedang siaga.

Gunung Slamet adalah gunung api tipe A yang berarti sejarah letusannya sudah terjadi sejak tahun 1600. Gunung Slamet memiliki karakter letusan eksplosif lemah dan efusif.  Oleh karena itu Slamet sebenarnya termasuk  gunung api yang letusannya kurang berbahaya bagi kawasan permukiman yang ada di lerengnya. Namun demikian Slamet merupakan gunung api aktif dengan aktivitas kawah pusat yang masih berlangsung hingga kini. Dengan kata lain Slamet bisa menghembuskan solfatara, membentuk kubah lava atau melontarkan letusan abu kapan saja seperti yang terjadi tahun 2014 saat ini.

Gunung Slamet berdiri dengan kaki-kakinya yang berpijak di lima wilayah Jawa Tengah sekaligus yaitu Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Banyumas dan Purbalingga. Tubuh vulkaniknya membentang dengan tiga umur yang berbeda yakni Gunung Slamet muda, tua dan menengah. Tak heran jika Gunung Slamet terlihat seperti raksasa di langit Pulau Jawa. Apalagi kompleks kawah di bagian puncaknya memiliki luas sekitar 12,5 hektar yang terdiri dari 4 buah kawah termasuk 1 buah kawah yang masih aktif saat ini.

Catatan vulkanik sejak tahun 1772 menunjukkan karakter Slamet sebagai gunung api bertipe Vulkano atau eksplosif lemah. Slamet juga bersifat efusif dengan ciri letusan- letusan abunya  bisa disertai dengan atau tanpa leleran lava. Oleh karena itu Slamet juga bertipe Stromboli yang setiap kali meletus, letusannya akan berlangsung dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Karakter ini masih dijumpai sampai dengan letusan yang terjadi beberapa hari lalu.

Terhitung sejak tahun 1772, catatan vulkanik menunjukkan Slamet sudah meletus tak kurang dari 30 kali. Sebelum bergejolak di tahun 2014 ini, Slamet juga sempat meletus di tahun 2009. Letusan  yang berlangsung dari 23 April-9 Mei tersebut mirip dengan apa yang ditunjukkan Slamet akhir-akhir ini yakni aktivitas gempa letusan hingga ratusan kali per hari dan lontaran lava pijar yang terlihat jelas di malam hari. Saat itu Slamet juga melontarkan abu.

Meski letusannya dianggap kurang membahayakan bagi pemukiman warga di lereng-lerengnya, potensi bahaya letusan Slamet tetap harus diwaspadai. Dengan karakter Vulkano dan Stromboli, potensi bahasa letusan Slamet adalah lontaran material pijar dan hujan abu. Lontaran batu pijar mungkin  mengancam kawasan dalam radius  3 km atau lebih dari pusat erupsi.

Slamet mungkin tak segarang Merapi, juga tak segalak Semeru. Tapi ia selalu bisa tampil menakutkan kapan saja untuk mengingatkan kita semua bahwa manusia adalah makhluk kecil di hadapan alam dan sang Pencipta. Seperti yang baru saja ia tunjukkan.  Siang ini, 17 September 2014, ia dikabarkan kembali membuat orang terjaga dengan suara dentumannya. Slamet adalah Raksasa Dari Pulau Jawa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun