Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Penuh Aksi & Warna, Peringatan Hari Pariwisata Dunia ala Yogyakarta

29 September 2014   14:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:06 838 6

Minggu sore (28/9/2014) kawasan Malioboro Yogyakarta mendadak penuh warna oleh lautan manusia yang memadati dan berkerumun di sepanjang jalan hingga titik Nol Kilometer. Sore itu masyarakat Yogyakarta dan pengunjung Malioboro termasuk para wisatawan tumpah ruah merayakan Hari Pariwisata Dunia yang jatuh pada 27 September. Yogyakarta sebagai salah satu kota pariwisata utama di Indonesia yang namanya sudah mendunia memiliki cara yang istimewa untuk memperingatinya.

Kemeriahan diawali oleh kirab becak dan andong (delman) dari halamn parkir Abu Bakar Ali menuju Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta. Puluhan becak dan andong dengan hiasanya unik penuh warna melintasi sepanjang kawasan Malioboro dengan membaca sejumlah penumpang yang tak biasa. Disebut tak biasa karena becak dan andong tersebut dinaiki oleh para putera dan puteri Yogyakarta yang disebut Dimas dan Diajeng.

Becak dan andong dipilih karena dua alat transportasi tradisional ini merupakan ikon wisata Yogyakarta. Selain itu keduanya juga telah dianggap sebagai bagian dari kearifan budaya Yogyakarta yang sejak lama dirawat sebagai salah satu identitas.

Dengan menggunakan pakaian adat tradisi Yogyakarta para Dimas dan Diajeng menarik perhatian pengunjung Malioboro. Paras ayu dan ganteng mereka selaras dengan hiasan becak dan andong yang berhiaskan rangkaian bunga, janur dan aksesoris lainnya. Tak hanya Dimas dan Diajeng yang berpakaian adat, para tukang becak dan kusri andong pun mengenakanan kostum yang selaras.

Sepanjang karnaval becak dan andong berlangsung, para pengunjung Malioboro tak henti mengabadikan moment istimewa tersebut. Di beberapa ruas jalan di mana becak dan andong berhenti sejumlah pengunjung menyerbu ke tengah untuk berfoto di samping becak dan andong tersebut. Sejumlah anak kecil bahkan dengan polos meminta balon dan aneka hiasan lainnya yang menempel di becak atau andong. Dengan senyum ramah Dimas dan Diajeng pun tak segan mencopot balon seperti yang diminta anak-anak.

Semarak warna karnaval semakin meriah dengan digelarnya flashmob Rampak Pencak di saat yang sama. Memasuki perempatan Nol Kilometer, iring-iringan becak dan andong berhenti sesaat untuk memberikan ruang kepada ratusan pesilat berbagai usia beraksi di jalanan. Untuk sesaat perhatian pengunjung Malioboro pun terbagi. Tak sedikit yang berlarian menuju perempatan Nol Kilometer untuk menyaksikan aksi pertunjukkan gerak silat yang tak biasa.

Ratusan pesilat dari berbagai perguruan dengan kompak memainkan jurus dan gerakan secara massal langsung di atas aspal Nol Kilometer. Aksi flashmob rampak pencak berlangsung dua kali termasuk demo permainan senjata dan duel antar pendekar. Selesai memainkan rampak pencak, para pesilat dengan serempak bergeser ke dua sisi jalan memukan barisan untuk karnaval becak dan andong. Penonton pun kembali beralih mengikuit karnaval wisata.

Tak hanya dinaiki oleh para Dimas dan Diajeng, becak dan andong juga membawa sejumlah pasangan muda mudi dengan berbagai kostum tematik. Ada yang mengenakan kostum wayang orang, puteri Eropa hingga pakaian kasual ala wisatawan yang sedang menikmati Yogyakarta dari atas becak. Karnaval juga diikuti sejumlah komunitas seperti komunitas pesepeda lipat dan pesepeda onthel.

Ada satu yang tak kalah menyita perhatian tinggi pengunjung Malioboro sore itu yakni hadirnya kereta raksasa dengan hiasan dan rangkaian bunga yang didominasi warna kuning. Bersama dengan kereta raksasa tersebut adalah ratusan masyarakat Hindu dan penganut ajaran Kresna. Sepanjang karnaval mereka melagukan syair-syair yang tampak seperti pujian untuk Kresna. Sementara yang wanita berpakaian ala India menari sambil memainkan kipas di tangan. Satu lagi bukti toleransi Yogyakarta untuk keragaman bangsa Indonesia.

Sore itu dua kemeriahan berlangsung bersamaan dan benar-benar istimewa. Malioboro menunjukkan wajah dan kesan yang tiada duanya sebagai jantung wisata Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta pun seperti biasa, menampilkan keramahan dan keterbukaan terhadap ragam warna serta budaya. Dari Yogyakarta untuk Indonesia, Selamat Hari Pariwisata.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun