Tertekan, terintimidasi dan entah apalagi gangguan psikologis yang sebenarnya sedang aku alami. Aku menamakan diriku
"anak-anak tanpa cinta". Ketika aku lahir, kata Ibuk aku tidak langsung menangis (karena aku masih lahir ditolong oleh dukun bayi, jadi belum ada yang tau kalau mungkin terjadi asfiksia terhadapku). Jika boleh aku menafsirkan dengan bahasa
ngawur, mungkin saat itu aku sedang marah, marah kenapa aku harus terlahir ke dunia yang penuh dengan tipu daya ini. Tapi akhirnya aku menangis juga, mengharap belas kasih dari Bapak, Ibuk, juga orang-orang yang ada disekitarku kelak.
KEMBALI KE ARTIKEL