Kami disambut dengan dingin yang menggelitik seluruh badan, Dieng sudah didepan mata. Dieng memang tidak bisa disandingkan dengan dinginnya puncak gunung yang mengelilinginya, tapi karena kami bermotor, dinginnya angin yang merepa di perjalanan menjadi bonus spesial ketika mencoba menuju tempat ini. Seperti
Yin dan
Yang, ketika udara menjadi dingin, maka selalu ada cara untuk menyeimbangkannya, disini caranya dengan makan. Sebagian dari Dieng merupakan bagian dari Kabupaten Wonosobo. Santapan di Wonosobo sebagian besar merupakan makanan hangat. Makanan di daerah ini identik dengan sayuran bernama kucai. Kucai mempunyai fisik berwarna hijau, dan biasa diiris tipis memanjang dan dicampurkan sebagai campuran bahan atau
topping. Makanan disini sangat cocok disantap saat udara dingin. Saya sarankan
lineup makanan ini jika kamu ingin melawan dinginnya udara di dataran tinggi Wonosobo ataupun Dieng.
First Course: Fries and Potato Tahu dan tempe kemul adalah salahsatu makanan khas Wonosobo yang enak disantap sebagai makanan pembuka. Kemul itu artinya selimut, jadi gorengan ini diselimuti dengan selimut tepung. Bedanya dengan gorengan tepung lainnya ada pada bentuknya. Tepung yang dihasilkan ada gorengan pada umumnya lebih tebal dan kenyal, sementara gorengan kemul ini menyelimuti dengan tipis dan melebar. Keunikannya lagi, selimut yang dihasilkan bertekstur keras, lebih mirip seperti peyek pada ujung tipisnya. Di daerah Dieng, campuran yang dipakai dalam tepung adalah kucai, bukan daun bawang seperti gorengan pada umumnya. Dieng adalah salah daerah penghasil kentang unggulan di Jawa Tengah. Bayangkan kamu berada di daerah yang dingin, ditemani kentang goreng dan kentang rebus yang hangat. Begitu digigit, kepulan hangatnya uap makanan akan berhamburan keluar dari makanan. Bukan hanya sensasi hangat, gurihnya kentang yang langsung disantap langsung dari kebunnya juga membuat lidah bergoyang kegirangan. Di daerah ini juga terdapat kentang spesial berwarna merah. Konon katanya kentang ini berkhasiat untuk menurunkan kolesterol.
Second Course: Mie Ongklok feat Sate Ayam Mie rebus selalu jadi sahabat baik dikala udara dingin menyerang. Mulai dari bakmi jawa, mie aceh, mie medan, mie kocok bandung, sampai indomie rebus selalu berhasil membuat lidah menari sekaligus menghangatkan badan yang kedinginan. Tapi Wonosobo punya lagunya sendiri, namanya Mie Onglok. Makanan ini cantik. Ada kuning, putih dan cokelat berpadu disini. Mie kuning dan rebusan kol diselimuti oleh
loh (kuah kental dari kanji dengan rasa bawang putih) berwarna kecoklatan dan ditaburi oleh bawang goreng dan daun kucai. Rasanya menarik, campuran gurih-manis dari
loh bercampur sepertinya sedikit dicampur dengan rasa gurih bumbu kacang dari sate ayam. Unikanya makanan ini adalah pada kehangatannya, kuah kental yang dihasilkan dari kanji akan menahan panas dari rebusan mie dan kol, bahkan uap panas tetap keluar ketika saya mengaduk makanan ini setelah sepuluh menit puas mengambil gambar. Sate ayam menurut saya adalah teman yang cocok untuk makanan ini.
Third Course: Kue Gandos Ada yang menyebutnya kue pancong, lainnya menyebut kue rangin, teman saya memanggilnya kue gandos, seperti agen rahasia, tak ada nama yang pasti untuk kue ini. Penjaja kue ini juga dapat ditemui di seluruh penjuru Pulau Jawa, bahkan mungkin anda juga adalah salah satu penyuka kue ini ketika masih duduk di bangku sekolah. Bahan utama kue ini adalah kelapa, yang menghasilakan rasa manis dan agak gurih. Kue ini mempunyai tekstur kenyal dengan warna coklat pada kulitnya dan putih didalam. Biasanya kue ini dijual perbuah, tetapi di daerah Dieng, kue ini dijual dengan ukuran lebih kecil dan dijual satu kesatuan berisi delapan buah kue yang disatukan dengan adonan tipis. Kue manis ini sangat enak disantap selagi hangat karena tingkat kekenyalannya akan berlipat ketika masih
fresh from the oven. [] 10 10
KEMBALI KE ARTIKEL