Pada usia 28 tahun, saya tiba di Okinawa, Jepang, dengan hati yang membara dan pikiran penuh harapan. Seperti kapal yang berlayar di tengah lautan luas, saya meninggalkan rumah dan istri saya, yang sedang hamil delapan bulan, menunggu kelahiran putri kami. Di sanalah, saya berangkat mengejar mimpi besar—menorehkan jejak di dunia ilmu pengetahuan. Tugas saya jelas: menemukan senyawa antikanker dari spons laut Indonesia, sebuah proyek yang terasa menjanjikan seperti cahaya terang di ujung lorong gelap. Laboratorium sudah siap, tekad saya bulat, dan kemungkinan seolah tak terbatas seperti samudra yang mengelilingi Okinawa.
KEMBALI KE ARTIKEL