World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa, hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. WHO memperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi, Sebagian besar (dua pertiga) diantaranya tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. WHO juga menyebutkan 46% orang dewasa penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Kurang dari separuh orang dewasa (42%) penderita hipertensi didiagnosis dan diobati, namun hanya sekitar dari 5 orang dewasa (21%) dengan hipertensi yang terkontrol. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahunnya, 1,5 juta kematian tersebut terjadi di Asia Tenggara yang sepertiga populasinya menderita hipertensi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah 34,11%. Prevalensi tertinggi berada di Provinsi Kalimantan Selatan (44,13%) dan terendah di Provinsi Papua (22,22%). Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksikan pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi .
     Hipertensi sering kali disebut sebagai the silent disease karena tanpa gejala atau menunjukkan gejala yang tidak spesifik dan sering kali didiagnosis secara tidak sengaja. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung lama dan persisten akan menimbulkan komplikasi pada organ-organ seperti otak, jantung, ginjal dan mata. Komplikasi yang terjadi ini sering disebut dengan Hypertension Mediated Organ Damage (HMOD). HMOD mencakup stroke iskemik atau hemoragik, gagal jantung, penyakit ginjal kronik dan hipertensi retinopati . Hipertensi apabila tidak diobati atau terlambat didiagnosis dan tidak dikontrol secara memadai, maka risiko terjadinya HMOD akan terus meningkat.
   Hipertensi retinopati merupakan salah satu HMOD yang disebabkan karena beberapa perubahan vaskular pada mikrosirkulasi retina. Hipertensi mengakibatkan terjadinya serangkaian perubahan patofisiologis pada pembuluh darah retina, sebagai respons terhadap peningkatan tekanan darah. Tahap akut hipertensi mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi arteriol dan kerusakan endotel, sementara pada tahap kronis, terjadi penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika media, dan degenerasi hialin yang mengakibatkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah retina . Hipertensi retinopati menjadi prediktor dari suatu tingkat keparahan hipertensi itu sendiri, bahkan menjadi prediktor terjadinya stroke akibat peningkatan tekanan darah, dikarenakan kesamaan struktur pembuluh darah pada organ mata dan otak .Â