Hal itu dikatakan tokoh pemuda Bulu yang juga pemerhati buku, Erfan Djawawi, saat diminta Seputar mBulu memberikan masukan dan pendapat mengenai tantangan perpustakaan maya ke depan, melalui pesan singkat, Sabtu (21/12/2013), di Bulu.
"Untuk ini (perpustakaan maya) tak usah melangkahi waktu. Buat saja perpustakaan maya semenarik mungkin. Itu cukup untuk sementara, dulu," ujar pemuda yang akrab disapa Dayak tersebut.
Menurut pemuda yang sempat belajar sebentar di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang ini, salah satu tantangan atau penghambat adalah tidak ada dukungan dari para guru di sekolah.
"Mereka guru-guru tak akan menganjurkan murid-muridnya untuk baca buku yang ada di perpustakaan maya. Mereka punya ego sendiri yang tentu lebih menganjurkan untuk baca buku pelajaran," ujarnya.
Kecuali, lanjut dia, pada murid-murid sekolah menengah atas (SMA) yang sudah mulai punya kehendak sendiri atau mahasiswa yang sudah bebas atas kehendaknya sendiri dalam menentukan buku bacaan.
Sebagaimana dikutip Kompas (21/12/2013), dalam diskusi reflektif ”Buku dan Karakter Bangsa: Catatan Akhir Tahun Perbukuan Indonesia” yang diselenggarakan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta, menyimpulkan bahwa dunia pendidikan, khususnya sekolah, tidak mendorong kecintaan anak untuk membaca buku dan menulis. (wak)
