Mie instan telah menjadi salah satu makanan yang paling banyak dikonsumsi
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kepraktisan dan harga yang terjangkau
menjadikannya pilihan utama bagi banyak orang, terutama di kalangan pelajar,
pekerja, dan mereka yang memiliki waktu terbatas untuk memasak. Menurut data
dari World Instant Noodles Association (WINA), pada tahun 2021, konsumsi mie
instan global mencapai lebih dari 100 miliar porsi, dengan Indonesia berada di
urutan kedua setelah China dalam hal konsumsi (WINA, 2022). Di sisi lain,
meskipun mudah didapat dan terjangkau, konsumsi mie instan yang berlebihan
berisiko menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mie instan mengandung
berbagai bahan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan, termasuk kadar
garam dan lemak jenuh yang tinggi. Studi oleh Zong et al. (2017) yang diterbitkan
di Journal of Nutrition mengungkapkan bahwa konsumsi mie instan yang tinggi
dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, obesitas, dan hipertensi. Hal senada
juga diungkapkan dalam penelitian Ryu et al. (2019), yang menunjukkan bahwa
konsumsi mie instan lebih dari dua kali seminggu meningkatkan risiko sindrom
metabolik, terutama pada wanita. Artikel ini bertujuan untuk membahas dampak
konsumsi mie instan terhadap kesehatan tubuh manusia berdasarkan penelitian
dari berbagai sumber, serta memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai bahan-
bahan berbahaya dalam mie instan dan bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi
tubuh.