Akhir tahun 2012 lalu, Republika menyelenggarakan muhasabah (instropeksi diri) bersama di kota-kota besar, salah satunya di Bandung. Di kota kembang ini, Republika menghadirkan pembicara dari beberapa kalangan, di antaranya dari pemerintah, Dr. H. Ahmad Heryawan, Lc., dari MUI, Prof. Dr. Miftah Faridl, dari ulama dan tokoh masyarakat, KH. Abdullah Gymnastiar dan seorang motivator yang sedang menanjak popularitasnya, Jamil Azzaini.
Saya dan 8000 peserta muhasabah yang tidak hanya berasal dari Bandung, namun juga Sukabumi, Cianjur, Garut, Sumedang dan sebagainya mungkin datang ke PUSDAI juga karena pembicara-pembicara yang luar biasa ini. Prof. Miftah faridl dengan keluasan ilmu agamanya, Jamill Azzaini dengan kisah suksesnya meskipun berasal dari keluarga tak mampu, Aa Gym dengan gaya bicara khas yang menyentuh hati serta seorang gubernur Ahmad Heryawan yang mempunyai 90 lebih penghargaan saat memimpin Jawa Barat dalam lima tahun terakhir yang ternyata juga sangat luas ilmu agamanya. Sungguh kombinasi yang pas dan tentunya membuat orang ingin datang dan mendapatkan inspirasi.
Taushiah pertama diberikan oleh Ahmad heryawan sekaligus sebagai sambutan pembuka, beliau memaparkan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya, seorang muslim yang seimbang dalam kehidupan dunia akhirat juga visioner. Ada cerita sahabat Rasulullah, Anas bin Malik, seorang yang berasal dari golongan miskin ketika belum masuk Islam, lalu suatu ketika Rasulullah mendoakanya dengan 3 hal, yaitu panjang umur, banyak rezeki dan banyak keturunan. Waktu berlalu dan dimasa tuanya, dari beberapa sumber sejarah yang sahih kita tahu Anas bin Malik berusia hingga 145 tahun, kaya raya dari hasil perdagangan dan mempunyai anak 120 orang menurut riwayat imam Ibnu Katsir. Lebih luar biasa lagi, meskipun beliau memiliki bisnis yang harus diurus, beliau tidak pernah sekalipun meninggalkan sholat jamaah di masjid!, dari 120 anaknya pun, 90 orang diantaranya hafal 30 juz Al-Qur’an!. Sungguh keseimbangan yang luar biasa antara kehidupan dunia dan akhirat. Islam hadir di dunia memang untuk kemajuan, kesejahteraan bukan kemunduran, baik dunia dan akhirat. Hal ini pun tercermin dalam doa tawazhun (familiar di masyarakat dengan sebutan doa sapu jagat) yang sering kita ucapkan selepas sholat, “Robbana atina fid dunya khasanah wa fil akhirati khasanah waqina ‘adzabbannaar”. Maka, ummat Islam adalah umat yang seharusnya visioner, visinya bahkan tidak terbatas dengan batasan duniawi, namun menembus hingga kampung akhirat. Muhasabah bisa kita lakukan setiap hari, sudah sejauh mana kita mengamalkan syahadat kita. Di zaman Rasul, manusia pengubah itu hanya 1/1000 dari total manusia, yang tentunya dengan kualitas tinggi. Maka jika Jawa Barat memiliki 1/1000 penduduk yang berkualitas ini, sesungguhnya akan bisa membuat masyarakat yang madani, yang diimpikan semua orang. Begitu taushiah yang disampaikan Aher (sapaan akrab Ahmad Heryawan)
Kemudian pembicara kedua adalah prof. Miftah Faridl, beliau memberi taushiah tentang sikap bersyukur dan 7 kunci kebahagian dan kesuksesan yang tertera di surat Al-Mu’minun ayat 1-11. Betapa pentingnya syukur dalam kehidupan kita, bahkan Allah swt berjanji jika nikmat-Nya kita syukuri maka akan senantiasa ditambah. Sebuah kisah yang terkenal yang diceritaka Abu Hurairah, “sungguh saya tidak bisa menahan tangis ketika melihat kaki Rasulullah bengkak dan lecet karena menghabiskan malam untuk sholat malam”. Ketika ditanya mengapa Rasululullah sampai seperti itu? Padahal sudah dijamin masuk surga, dijamin maksum tanpa dosa. Maka sebuah jawaban yang menyentuh nurani kita diucapkan Rasulullah, “Tidak pantaskah aku menjadi hamba yang bersyukur?”. Sholat malam adalah salah satu cara bersyukur akan nikmat Allah, bahkan sholat malam diperintahkan jauh sebelum sholat 5 waktu, tepatnya di dalam surat Muzzammil. Setelah turun ayat ini, menurut Ibnu Abbas, Rasulullah hampir tidak pernah meninggalkan sholat malam selama 23 tahun masa hidup beliau kemudian. Sholat malam adalah salah satu resep kemantapan spiritual. Ulama-ulama besar pun seperti ini, mereka selalu mengisi malam dengan sholat malam, mulai dari Imam syafiie, Imam nawawi, Hasan al bana dan sebagainya. Itu tentang syukur, kemudian beliau menjelaskan tentang resep kebahagiaan yang ada dalam surat Al Mu’minun, diantaranya
1. Beriman
2. Sholat khusyuk
3. Menunaikan zakat
4. Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat
5. Mengendalikan hawa nafsu
6. Jujur dan amanah
7. Memelihara sholat
Penjelasan lengkapnya dari beliau cukup panjang, bisa kita baca dalam tafsir maupun taushiah-taushiah yang lengkap.
Parade taushiah berganti ke aa gym, sudah dua pembicara menyampaikan materinya, namun peserta masih tetap semangat menyimak. Seperti biasa beliau memulai dengan instropeksi diri akan iman kita, bahwa hanya Allah lah satu-satunya yang memberikan manfaat dan mudharat, bukan manusia. Kemudian beliau memberikan tips tentang memperbaiki diri. Ada lima langkah dalam memperbaiki diri
1. Tafakur diri
2. Miliki cermin pribadi
3. Berguru pada yang ahli
4. Manfaatkan orang yang benci
5. Tafakur terhadap apa yang terjadi
Tafakur diri memiliki arti, lihatlah kondisi kita, kita sesungguhnya mulia karena Allah masih menutupi aib kita, maka jangan terperdaya oleh status sosial, jabatan, kekayaan dan sebagainya. Semua itu hanyalah topeng saja, sejatinya diri kita adalah kepribadian kita. Memiliki cermin pribadi artinya adalah adanya orang yang berani jujur menyampaikan seperti apa kita sebenarnya. Bagaikan cermin yang memang menggambarkan kondisi fisik kita, tentu kita tidak marah pada cermin ketika ia menampilkan kotoran-kotoran di mata atau hidung kita, justru kita berterima kasih karena kita bisa membersihkan dan memperbaiki kondisi fisik kita. Begitupun juga dengan orang yang memberikan saran atau kritik kepada kita, tentunya dengan bahasa yang baik. Kita jangan tersinggung atau marah, karena hal itulah yang akan membuat lebih baik kepribadian kita. Kemudian berguru pada yang ahli agar ilmu yang diperoleh memang baik. Lalu bila ada orang yang benci, hingga menghina dan menggunjing kita, sesungguhnya kita memperoleh manfaat dari dia, dosa kita digugurkan, pahala dia diberikan kepada kita. Lalu tafakuri apa yanag terjadi, setiap kejadian bisa kita jadikan pelajaran. Ketika ada hal yang baik, maka kita berpikir, inilah yang harus kita tiru, sebaliknya ketika ada yang tidak baik, kita berpikir, inilah yang harus kita hindari, jadika semua pelajaran.
Taushiah penutup disampaikan oleh motivator, Jamil Azzaini, dengan gaya khas motivator, dengan cetarmembahana beliau menyampaikan motivasi dengan tema “Move On dengan 4 -On”, membuat beberapa jamaah yang terkantuk kembali segar. 4 -On tersebut yaitu
1. Vision
2. Action
3. Passion
4. Collaboration
Visi berbeda dengan sekedar keinginan, visi adalah sesuatu yang benar-benar ingin dicapai. Maka untuk mencapainya diperlukan aksi nyata dan tuntas yang menuju pada visi itu. Aksi ini akan berhasil bila sudah menjadi passion, melaksanakanya bukan terpaksa, namun memang benar-benar dari hati, bahkan terasa senang saat melaksanakannya. Terakhir dalam mencapau visi ini, kita tidak bisa sendiri, maka kolaborasi adalah suatu keniscayaan untuk tercapainya visi tersebut. Di sela-sela materi beliau juga memaparkan perjalanan beliau dari memulai kuliah hanya dengan bekal beberapa belas ribu rupiah hingga menjadi sukses seperti sekarang sehingga membuat jamaah menjadi lebih menangkap materi secara riil.
Begitu rangkaian muhasabah akhir tahun Republika kemarin, jika penasaran, silakan ikut akhir tahun ini. Semoga menginspirasi dan selamat tahun baru 2013! Jadikan hari esok lebih baik dari hari ini.