27 November 2014 20:46Diperbarui: 17 Juni 2015 16:41240
Kebebasan pers yang bersemi pasca reformasi 1998 menjadi pemetik munculnya banyak media massa baru baik tradisional maupun modern di Indonesia dengan beragam bentuknya. Namun sedikit sangat disayangkan jika dari banyaknya media massa yang ada saat ini hanya sedikit yang menunjukan karakter ke-Indonesiaan, dan tidak sedikit yang lebih banyak membawa budaya asing dan/atau sekedar menjadi corong dari kepentingan pemilik media tersebut dalam menyampaikan ide gagasannya. Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang didalamnya menyelenggarakan fungsi promosi, publikasi dan propaganda yang berkaitan dengan cinta tanah air pertahanan dan kedaulatan Negara saat ini mau tidak mau harus mampu mengikuti perkembangan model media massa terkini sehingga dapat menyebarkan informasi secara faktual dan dipercaya oleh rakyat. Dahulu ABRI (sekarang TNI) tercatat pernah memiliki surat kabar yang diterbitkan oleh angkatan bersenjata untuk membendung dominasi propaganda komunis pada awal 1965 yang bernama harian berita yudha, namun akibat tidak mampu mengikuti perkembangan media massa yang begitu cepat berubah dan setelah mengalami berbagai masalah yang berpangkal pada perbedaan cara pandang apakah harian Berita Yudha aakan tetap sebagai Harian yang membawakan misi penerangan angkatan bersenjata dan lebih cenderung sebagai organisasi sosial, ataukah harian berita yudha akan menjadi organisasi komersial dengan kemauan pasar seperti media massa lain. Polemik akan bentuk tersebut yang akhirnya menenggelamkan harian berita yudha yang akhirnya resmi bubar pada tahun 1997 .Pasca bubarnya harian berita yudha, otomatis fungsi promosi, publikasi dan propaganda yang berkaitan dengan cinta tanah air serta pertahanan dan kedaulatan Negara yang dilakukan oleh TNI hanya bertumpu pada pusat penerangan markas besar, dinas penerangan angkatan dan penerangan satuan dengan kemampuan produksi berita kebanyakan hanya untuk konsumsi internal dan sangat sedikit yang dipublikasikan untuk kepentingan umum. Padahal saat ini masyarakat bangsa ini sangat memerlukan promosi, publikasi dan propaganda tentang cinta tanah air, kebhinekaan, rasa gotong royong dan mencintai budaya asli negeri ditengah gempuran promosi, publikasi dan propaganda budaya asing yang bisa mungkin merupakan bagian dari perang asimetris untuk melemahkan bangsa ini dari dalam.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.