Sejak 1950-an, fenomena kebudayaan etnik tidak lagi terpusat disalah satu daerah (contoh; minangkabau)---sebagai pelopor kesusasteraan lokalitas. Tetapi makin menyebar ke dalam diri para sastrawan yang berlatar etnis lain diluar itu, seoerti Jawa, Bali, Dayak, Melayu, dan Cirebon. Keadaan tersebut terus berkembang ketika ada usaha untuk melakukan semacam revitalisasi tradisi dalam kemasan midern. Itu yang terjadi dalam perjalanan kesusasteraan Indonesia tahun 1970-an. (Mahayana, 2012)
KEMBALI KE ARTIKEL