Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Belajar Menulis Kembali (Bag I)

20 September 2013   10:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:38 58 0
Alih-alih bercita-cita untuk menjadi seorang penulis, bahkan terbesit untuk hidup dari dunia tulis menulis tidak pernah terlintas dalam pikiran saya. Ketidakinginan untuk hidup dari dunia ini dipengaruhi oleh lingkungan di mana saya tumbuh. Saya yang dibesarkan di lingkungan keluarga pedagang dengan kultur betawi yang bernuansa islami dan belajar bertahun-tahun di pondok pesantren membuat cita-cita saya begitu sederhana nan mulia: menjadi pengajar agama dan seorang pendakwah. Tak lebih. Keinginan untuk menjadi salah satu di antara pilihan tersebut kemudian saya curahkan dengan mengambil jurusan Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga (sekarang Menjadi UIN—Universitas Islam Negeri—Sunan Kalijaga) Yogyakarta. Meskipun diakui, kebiasaan untuk meluapkan pelbagai uneg-uneg lewat diari telah menjadi kebiasaan yang tidak pernah saya lepaskan semenjak duduk di kelas tiga tsanawiyah Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Ketika duduk di bangku kuliah Strata Satu saya berkenalan dan kemudian menjadi akrab dengan teman kelas yang bernama Ahmad Zubairi. Selain seorang yang bersahabat, Zubairi, yang berasal dari Madura ini,  memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai wacana keislaman di mata saya. Hal ini terlihat dari beberapa makalah-nya yang ditulis cukup berbobot guna pengumpulan tugas mata kuliah keislaman. Bahkan, dalam perbincangan informal, ia kerap mengunakan istilah bahasa asing dan beberapa tokoh dalam menguatkan argumentasi penjelasannya. Ketakjuban saya tidak berhenti di sini. Ketika mengunjungi kamar indekos-nya; Asrama Seroja, belakang kampus Instiper, di Papringan, Depok Sleman, saya melihat tumpukan buku-buku yang berjejer rapi dengan ragam judul dan topik.

Bagi saya, hal ini adalah pengalaman yang mengherankan sekaligus menakjubkan. Mengapa mengherankankan? Sebatas pengetahuan saya ketika itu, orang lebih banyak menghabiskan uangnya untuk mencukupi kehidupan perutnya masing-masing dan juga perlengkapan rumah tangga ataupun elektronik dibandingkan dengan membeli sebuah buku. Membeli sebuah buku bagi saya adalah aktivitas setiap semester yang dikeluarkan oleh orangtua untuk membeli buku-buku pelajaran yang diagendakan sekolah ataupun madrasah tempat saya belajar. Karena itu saya heran melihat Zubairi memiliki buku sebanyak itu. “Lalu bagaimana ia cara mengatur waktunya untuk membaca buku-buku setebal itu?”, dalam benak saya penuh tanda tanya. Keheranan saya sangat bertambah ketika diajak oleh Zubairi untuk mengunjungi temannya, Muhammad Musthofa, saat itu mahasiswi s1 filsafat UGM. Di ruangan indekos yang tak begitu besar, berjejer rapi rak-rak buku yang begitu tinggi dengan dipenuhi ratusan buku dengan beragam tema. Bahkan, tak ada satupun sudut tanpa buku dikamarnya. Saya selalu terbengong-bengong ketika kekamarnya, sambil bergumam, "ini orang pembaca buku atau jualan buku?".

Sementara ini sebagai hal menakjubkan adalah ini menjadi awal kehidupan saya untuk mengenal dan mengetahui dunia buku lebih luas. Berawal dari pertemanan ini saya mulai menyukai buku. Saya mulai sering ke pergi ke Perpustakaan kampus untuk sekedar melihat-lihat judul dan cover buku. Dari sini, saya mulai memberanikan untuk meminjam buku, meskipun selama proses peminjaman itu tidak pernah dibaca. Saya juga mulai menyisihkan setengah uang jajan saya yang berjumlah 150 ribu; 75 ribu untuk membeli buku dan 75 ribu yang lainnya untuk membeli makan selama sebulan. Aktivitas belanja buku ini saya lakukan semenjak  tahun 1999-2003. Uniknya, aktivitas awal-awal membeli buku ini bukan berdasarkan atas sebuah tema yang saya sukai, melainkan apa yang dimiliki oleh teman, khususnya Ahmad Zubairi. Jika ia memiliki sebuah buku A, biasanya saya akan mengikuti untuk membelinya juga. Asumsi saya, apa yang dibeli olehnya pasti buku bagus. Karena buku itu bagus, saya harus memilikinya. Namun, lagi-lagi kesukaan membeli buku ini tidak saya imbangi dengan membacanya secara utuh. Saya terkadang membaca buku-buku yang saya beli tersebut hanya judul dan pengantarnya saja. Bahkan saya pernah tidak membacanya sama sekali. Saya geletakkan buku-buku tersebut di lantai dengan masih berbungkus plastik rapi.

Tumbuhnya hasrat membaca buku lebih mendalam ini saya temukan saat bergabung di organisasi intra kampus, Kelompok Studi ilmu Pendidikan (KSiP). Perkenalan saya dengan kakak kelas seperti Herman Hasibuan (almarhum), Samsul At-tubanny, Muhibin, dan yang lainnya di organisasi tersebut membuat semangat keingintahuan saya terhadap wacana ilmu sosial dan agama semakin menggebu. Apalagi, saya sudah memberanikan diri untuk berbicara di kelas dalam merespon pendapat teman-teman dan juga dosen saat itu. Tak ayal, semakin saya sering berbicara semakin saya merasa kekurangan dari segi pengetahuan. Aktivitas membaca buku adalah satu cara untuk menutupi kekurangan tersebut. Terlebih lagi, saya telah ditunjuk (dikorbankan) untuk menjadi ketua KSiP selama satu tahun. Saya, mau tidak mau, harus membaca buku yang terkait dengan dunia pendidikan, kajian keislaman, dan isu-isu kontemporer.

Kesukaan saya membaca buku ternyata tidak diimbangi dengan aktivitas menulis. Perihal menulis saya lakukan hanya sekedar untuk mengerjakan tugas mata kuliah yang diberikan oleh dosen pembimbing. Selebihnya, aktivitas saya lebih banyak membaca buku dan berdiskusi. Saat itu, saya melihat aktivitas menulis tidaklah sepenting membaca dan berdiskusi. Dengan demikian, selama menempuh pendidikan strata satu, saya hanya menulis makalah-makalah yang mengutip pendapat-pendapat orang lain tanpa menuangkan pikiran saya sendiri demi tugas kuliah. Kalaupun ada tulisan dari pikiran saya sendiri, itu pun hanya ada pada sub simpulan. Selebihnya mengutip semua. Tambahan belajar menulis agak serius hanya saya dapatkan ketika mengerjakan skripsi. Itupun sekedar mengutip dan menyadur gagasan orang lain. Lagi-lagi orisinalitas gagasan tulisan saya hanya ditemukan pada bab biografi dan simpulan. Sementara bab pembahasan dan juga temuan penelitian hanya otak-atik dari kumpulan pelbagai buku dan skripsi yang saya mampatkan menjadi karya saya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun