Kisah tersebut rasanya cukup mengilhami situasi setgab koalisi yang digalang partai Demokrat sebagai orang tua dari koalisi tersebut.
Jika kita melihat anggota awal koalisi maka anak kandungnya adalah PD, PKS, PAN, PPP dan PKB. Sementara tetangga lawan mereka yang satu mempunyai anak kandung Golkar dan Hanura sementara tetangga satunya beranak kandung PDIP dan Gerindra.
Selanjutnya seperti kita ketahui bersama keluarga koalisi SBY dengan anak kandung 5 partai yg memenangkan pilpres dan menjadi kaya raya. Bagaimana tidak, mereka dipercaya mengelola negara dengan kementrian dan BUMNnya yg sering dijadikan ladang uang parpol penguasa.
Alkisah jika keluarga Mega dengan dendam akibat kekalahannya memilih untuk menjauh dari koalisi, maka berbeda dengan partai Golkar yang tergiur dengan kekuasaan dan ingin menjadi anak angkat koalisi.
Ternyata dalam perjalanan koalisi ada anak kandung bernama PKS yang suka dianggap "Nakal" oleh koalisi, akibatnya semua anggota koalisi memusuhi PKS dan bahkan mengusir PKS keluar dari rumah koalisi.
Aneh bin ajaibnya, jika koalisi tega mengusir anak kandung mereka tapi mereka justru melindungi dan tak berani mengusir si anak angkat "Nakal" Golkar, padahal koalisi dan kita semua tahu Golkar juga tak kalah nakalnya dengan PKS.
Perlakuan koalisi keanak "Nakal" Golkar dan PKS jadinya terasa mirip dengan sinetron Putri yg Tertukar.
Entahlah bagaimana endingnya nanti, apakah koalisi akhirnya menemukan mana anak kandung dan anak tetangga sejati ataukah sampai 2014 nanti justru sinetron yg sudah selasai akan diteruskan oleh setgab koalisi?
Yg jelas sianak kandung sekarang makin disudutkan, sementara sianak tetangga justru gembira merasa akan mendapat warisan menteri dari setgab koalisi.
Memang aneh negeri ini, ternyata sinetron yg dianggap hanya cerita bohongan justru menjadi realitas politik negeri ini.