Terkadang seorang pembaca bisa terpukau. Pada sketsa perjalanan anak manusia. Terkadang pula bisa terpeleset. Pada lantai-lantai yang licin saat memperbincangkan politik, soal ilmu dan subyektifitas atas analisis. Ketika berhadapan dengan hukum dan bukan mempertengkarkan imajinasi dan hanyut dalam perdebatan disamping kusir. Inilah potret keriuhan catatan-catatan Anas diruang pesakitan KPK.