Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Media Cenderung Tak Hirau Lingkungan

22 Juni 2010   03:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:22 171 0
media selama ini cenderung masih kurang hirau dengan isu-isu pengelolaan sumber daya alam (psda) atau lingkungan. trend pemberitaan yang lacak lembaga studi informasi dan media massa (elsim) makassar di empat media utama di sulsel (fajar, tribun timur, palopo pos dan pare pos) menunjukkan kurangnya berita isu lingkungan yang ditempatkan sebagai berita utama (halaman pertama, head line dan non headline) di keempat media tersebut untuk periode maret-april. temuan riset ini juga mengindikasikan bahwa sebagian besar narasumber untuk pemberitaan lingkungan di keempat media tersebut masih didominasi oleh pemerintah (57,60%), sementara narasumber dari pihak akademisi dan NGO masih sangat kurang, yaitu masing-masing 3,20% dan 6.70%. Ini menunjukkan desiminasi isu lingkungan masih didominasi oleh suara-suarta pemerintah. ini juga dapat dimaknai bahwa media masih cenderung elitis dalam pemberitaan mereka. ruang bagi stakeholder lain masihlah sangat kurang. isu lingkungan yang paling banyak disoroti sepanjang bukan maret - april 2010 adalah tata ruang dan kelistrikan. ini sifatnya kontekstual seiring dengan mencuatnya kasus tata ruang (kasus karebosi) dan krisis kelistrikan yang melanda sulsel. pemberitaan ini pun masih sangat didominasi oleh pemberitaan tentang kebijakan pemerintah riset media ini adalah bagian dari program elsim green network sulsel. ekspose hasil riset ini dilaksanakan di kafe marasa jalan hertasning, makassar, selasa, 22 Juni 2010. sebanyak 436 berita yang menjadi sampel penelitian, yang diambil dari empat media lokal di sulsel (fajar, tribun timur, palopo pos dan pare pos). ekspose ini antara lain dihadiri oleh sejumlah jurnalis, akadermisi, KPID Sulsel, NGO dan tokoh masyarakat. mustam arief, aktivis NGO jurnal celebes, yang menjadi penanggap menyatakan bahwa apa yang dipaparkan dan ditemukan dalam riset tersebut sudah mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi. menurut mustam, kuantitas pemberitaan psda yang berjumlah 436 berita dalam waktu dua bulan adalah suatu peningkatan yang cukup signifikan dibanding sebelum-sebelumnya. "sebelum-sebelumnya sangat susah mengharapkan berita lingkungan di media-media dalam jumlah yang besar. ini adalah peningkatan yang cukup menggemberikan." meski demikian, lanjut mustam, banyaknya kuantitas pemberitaan juga harus dilihat secara kontekstual. pada kenyataannya sebagian besar berita bukanlah merupakan agenda media, tetapi lebih pada suapan berita dari masyarakat. isu-isu yang muncul bukanlah ciptaan media, karena sebagian besar media memang belum memiliki desk khusus untuk lingkungan. menyoroti dominannya pemerintah sebagai narasumber, mustam menyebutnya sebagai pola jurnalisme feodal, dimana jurnalis merasa kurang afdol jika tidak melibatkan pemerintah sebagai narasumber mereka. justru yang banyak terjadi adalah masyarakat menjadi korban pemberitaan media, yaitu proporsi pemberitaan yang kurang pemberitaan. mustam selanjutnya menyimpulkan bahwa meski kuantitas pemberitaan lingkungan meningkat secara signifikan namun itu tidak mencerminkan keberpihakan media. banyaknya pemberitaan tersebut lebih karena kondisi yang terjadi di masyarakat. media juga dinilai belum memiliki agenda lingkungan yang memadai dan komitmen yang kuat untuk memajukan lingkungan. mustam juga menyoroti pengetahuan jurnalis tentang isu-isu lingkungan masih sangat kurang, sehingga perlu ada upaya untuk mendorong media untuk melakukan spesialisasi lingkungan. muliadi mau, dari UNHAS, yang juga menjadi pembanding, lebih banyak menyoroti masalah metodologi yang digunakan yang harus dijelaskan secara lebih jauh. generalisasi keberpihakan media dengan melihat pada penempatan berita di halaman utama, menurut muliadi, harus dilakukan secara hati-hati. haruslah dilihat jenis berita, apakah ia sebuah even ataukah sebuah kasus lingkungan yang memang seharusnya menjadi berita utama.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun