Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Sang Malaikat Maut (20)

20 Desember 2009   22:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:51 132 0

Pesawat yang ditumpangi Inspektur Alex tiba di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar tiga jam sejak ia meninggalkan ruangan komandannya. Selain beberapa pasang pakaian santai, sepucuk pistol yang beramunisi penuh, surat penugasan dan sejumlah uang tunai di dompetnya, sebuah laptop dan HP canggih pinjaman FBI, tak ada lagi yang dibawanya. Penting baginya untuk tidak membebani dirinya dengan barang bawaan banyak, yang hanya akan merepotkannya.

Bandara Hasanuddin tampak berbeda semenjak ia menginjakkan kakinya di Makassar beberapa tahun lalu. Bandara ini, yang diproyeksikan sebagai bandara internasional telah direlokasi ke tempat yang lebih luas dan kondusif. Bangunannya pun dipercantik dan menunjukkan nuansa lokal yang kuat. Konon bandara ini dibangun dengan menggunakan sumber daya lokal yang tidak seperti bandara utama lainnya di Indonesia, yang menggunakan tenaga ahli dan konsultan dari luar negeri.

Sebagai seorang polisi yang dipersenjatai ia pun harus melalui sebuah prosedur khusus. Senjata memang barang yang paling diharamkan berada di pesawat sehingga prosedur membawa senjata di penerbangan sangat diperketat. Meski harus melalui sejumlah prosedur, namun ini tidaklah berlangsung lama. Dalam tiga puluh menit ke depan ia sudah berada di atas taksi yang akan membawanya ke sebuah hotel bintang lima di tengah kota Makassar.

Tidak seperti kebiasaan, ia tidak melapor ke Polda Sulsel sebagai otoritas kepolisian lokal. Komandannya pasti sudah menyelesaikan hal ini. Ia harus benar-benar fokus dan sesedikit mungkin melakukan kontak dengan polisi lokal.

Sesampai di hotel, ia segera membuka laptopnya dan memeriksa tampilan GPS lokasi dimana target menelpon beberapa jam sebelumnya. Ia membuka peta Makassar untuk membandingkan lokasi itu. Tempat yang dituju tidak terlalu jauh dari tempatnya kini berada. Jelas tempat itu bukan dari sebuah hotel, karena tak ada satu pun hotel berbintang di lokasi yang ditunjuk di peta digitalnya. Ia pun tidak bisa menjamin bahwa sang target akan tetap berada di lokasi itu untuk waktu yang lama. Yang jelas ia kini punya batu pijakan yang jelas.

Sebuah foto 10 R diambilnya dari bagian samping tas laptopnya. Ketika masih di Jakarta, melalui komandannya ia sudah mengajukan permintaan penyidikan polisi lokal atas foto itu. Dalam perintah itu hanya disampaikan permintaan informasi atas orang yang dimaksud tanpa ada penjelasan alasan pencarian orang itu. Meski pun ia punya akses untuk meminta langsung hasil pencarian itu di polisi lokal, Inspektur Alex tidak melakukannya. Ia memilih untuk menunggu hasil itu dari kantor pusat. Sangat penting baginya untuk menjaga kerahasiaan atas keberadaannya di kota itu. Kontak, tentu saja, akan tetap dilakukan pada saatnya nanti, jika memang sudah benar-benar diperlukan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun