Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Cahaya Kejujuran

4 Juli 2019   09:25 Diperbarui: 24 November 2023   01:13 172 9
Pada malam itu, seperti biasa ia berkeliling untuk mengecek keamanan. Menurut ceritanya, sebenarnya sejak Magrib, ia sudah melihat pintu rumah kami terbuka. Ia mengira, kami sekeluarga masih ada di rumah.

Ketika balik lagi pukul sepuluh malam, pintu masih saja terbuka. Ia sudah sedikit curiga, tapi belum mengambil keputusan, karena masih mengira ada orang di rumah. Hingga akhirnya pukul setengah dua belas malam, ketika pintu masih dalam posisi semula, ia curiga.

Akhirnya ia memberitahu Pak Gun, tetangga sebelah untuk mengecek bersama. Karena harus melompat pagar, maka perlu bukti. Difotolah rumah kami. Lalu mereka meminta izin untuk masuk rumah.

Kami yang sudah terlelap pada saat itu, tidak mengetahui ada telepon. Akhirnya sepakat, dibantu beberapa tetangga lainnya yang kebetulan malam itu ada di lokasi, mengecek ke dalam.

Mereka membawa peralatan pentungan, masuk ke rumah. Tujuannya waspada, karena siapa tahu ada orang asing yang berniat jahat di dalam rumah. Semua sudut rumah diperiksa. Hasilnya nihil. Tidak ada orang. Kesimpulannya, kami memang lupa menutup pintu dan menguncinya. Alhamdulillah, tidak ada barang yang hilang.

Akhirnya, pintu ditutup, dikunci dari dalam oleh Sumar, karena kebetulan pintu ada gerendel dari dalam. Lalu ia keluar dari pintu dapur yang masih ada kunci yang menempel dan mengamankannya.

Baru pukul dua belas malam, ketika saya terbangun, membuka ponsel, terkejut. Saat itu pula kami memutuskan kembali ke rumah. Karena tidak enak hati, telah membuat gaduh tetangga dan petugas keamanan.

Alhamdulillah, kami antar tetangga menjaga hubungan baik, sehingga setiap ada kejadian yang tidak diharapkan, kami saling tolong menolong. Tetangga, ibarat saudara dekat.

Dari kejadian tersebut, kami sangat berterima kasih pada Sumar sebagai petugas keamanan. Karena dengan kejujurannya, rumah dan kampung aman. Tidak ada barang yang hilang dan masih utuh seperti semula.

Jika ia mau, bisa saja ia diam dan membiarkannya, lalu mengambil keuntungan. Tetapi ia orang jujur, konsisten sebagai petugas keamanan.

Sumar berasal dari Wonogiri, merantau ke Semarang. Sehari-hari menumpang di pos kamling, melakukan kegiatan dan menjaga kampung agar aman. Ia belum memiliki rumah. Kebetulan ia belum menikah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun