Mohon tunggu...
KOMENTAR
Gaya Hidup Pilihan

Salah Jalan yang Membawa Nikmat

9 Maret 2015   10:27 Diperbarui: 11 November 2015   13:17 121 6

Lho, salah jalan kok membawa nikmat? Kok bisa? Jadi begini, sebenarnya ini peristiwa sudah lama berselang, tapi masih saja terekam kuat dalam benak.
Begini, seperti biasa, setiap hari minggu atau hari libur, adalah saatnya untuk hangout kemana saja bersama seluruh penghuni rumah. Eh, enggak semua penghuni rumah ding, tapi cukup orangnya aja, karena si empus dan si ayam di rumah, nggak ikut pergi.
Nah, saat itu, hari Minggu, yang biasanya hampir tiap minggu ke rumah eyang, kali ini penginnya beda. Kali ini ke arah selatan, yaitu ke Yogyakarta.
Hari Sabtu sore, kami sudah melakukan persiapan dengan penuh semangat. Tujuannya adalah melihat pantai di daerah Gunung Kidul, yang menurut cerita sangat cantik. Karena semua penghuni rumah suka pantai, maka tanpa ada yang protes, semua let's go.
Deal, kami berangkat. Awal kunjungan ke rumah kerabat, di Yogyakarta juga, hanya sebentar, sekedar mampir. Setelah dirasa cukup berbincang, kami meneruskan perjalanan. Oke. Kini, saatnya ke pantai..!! Akhirnya menuju Gunung Kidul.

Oya, kami berangkat berempat dan pasti rame. Yang duduk di kursi belakang saling bercanda dan tertawa-tawa. Sedangkan yang duduk di kursi depan, serius melihat jalan, meski juga sambil tertawa-tawa menimpali berbagai candaan.


Well, perjalanan kali ini enjoy, santai nggak dikejar waktu. Jalannya bagus, pemandangannya indah berkelok-kelok. Melewati perbukitan, yang membuat hatiku meleleh saking indahnya. Saat melewati "jalan" yang banyak promosi "Goa Pindul", kami semua bilang, "sudah pernah". Lalu kamipun meneruskan perjalanan. Kan tujuannya pantai. Tentu saja, karena belum pernah berkunjung ke tempat yang dimaksud (ke pantai), harus siaga melihat rambu dan arah yang menunjukkan lokasi yang dimaksud.
Kami sih tetap siaga, tapiii, nah ini dia, ada saatnya kami juga lengah. Saat harus berbelok kiri, kok malah kami lurus. Waduh, kebablasan dong, tanggung mau balik lagi. Ya sudah, pasti ada jalan lain lagi, begitu pikir kami. Sang pembawa mobil santai saja, akupun yang duduk di sampingnya ikutan santai. "Pasti ada jalan lain," katanya.


Nah ini dia, ada rambu lagi di depan. Baiklah, saatnya belok ke kiri, karena ada rambu penunjuk arah yang bertuliskan "ke pantai".
"Yah, kita belok kiri." kataku.
"Oke Bun, apa sih yang enggak buat Bunda."
Kamipun belok kiri. Tapi apa yang terjadi, jalannya mencurigakan, bukan layaknya sebagai jalan umum. Sepertinya, salah jalan deh. Umumnya nih, kalau jalan menuju ke tempat wisata yang ramai dikunjungi orang, pastinya lebar dan bagus. Eh, ini jalannya sepi, sempit, banyak berlobang dan sepertinya jarang dilalui kendaraan.
"Yah, kayaknya kita salah jalan deh,"
"Tenang Bun, kita kan sering tersesat selama ini, tapi tetap bisa menemukan jalan lain kan? Nah, ini juga, pasti nanti kita menemukan jalan pintas. Eh, siapa tahu, justru jalan ini jalan pintas yang paling dekat menuju pantai."
Baiklah, mendengar kata Ayah, aku jadi agak tenang. Kalau yang duduk di belakang sih tenang-tenang saja. Kakak dan adik tetap cuek. Tetap rame dan bergurau, tanpa resah, mungkin dalam benak mereka berpikir, kami tersesatpun tak apa, asal sama ayah bunda.
Kanan kiri jalan, tampak perbukitan dan hutan. Hutan jati dan beberapa pohon akasia yang membaris. Perbukitan kapur nampaknya, karena tanah yang ada kelihatan putih. Sepertinya jauh deh dari tanda-tanda menuju pantai. Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?

Nah, inilah yang ingin kuceritakan. Pada saat tegang karena takut salah jalan dan takut tersesat, makjleb, tiba-tiba pandangan mata kami tertuju pada suatu pemandangan yang beda dari pemandangan sebelumnya.

 

Perpaduan tanaman Padi dengan tanaman keras (Kayu Putih)

Sumber Gambar : Dokpri


Sumber Gambar : Dokpri

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun