Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga Artikel Utama

Timnas Indonesia, Kekalahan dan Tolok Ukur Kesuksesan

10 Maret 2012   20:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:14 1500 6

Banyak orang menghitung prediksi soal apa yang akan terjadi pasca kegagalan di Brunei. Yang utama menjadi pusat perhatian tentunya adalah kursi Djohar Arifin Husein, sang Ketua Umum PSSI yang selama ini terus menerus dirongrong. Padahal, jauh-jauh hari pria asal Medan itu sudah mengingatkan publik untuk tidak terlalu menaruh harapan lebih kepada skuad timnas U-21 yang tampil di Brunei karena mereka sejatinya adalah tim yang akan diproyeksikan untuk SEA Games 2013 di Myanmar. Lagipula, menurut Koordinator Tim Nasional, Bob Hippy, setelah turnamen Hassanal Bolkiah, seleksi akan kembali dilakukan untuk membentuk skuad yang nantinya akan menjalani TC. Poinnya adalah tujuan keikutsertaan timnas U-21 di turnamen ini hanya untuk memberikan pengalaman internasional bagi pemain muda.

Kalau boleh saya beranalogi, pemikiran publik mainstream Indonesia setali tiga uang dengan pemikiran Roman Abramovich, milyarder penguasa saham tim elit Liga Primer Inggris, Chelsea. Menurut pandangan saya, Abramovich adalah sosok ambisius yang tidak mampu menggunakan kesabarannya. Setiap manager yang dianggapnya gagal ketika menangani Chelsea langsung dipecat. Pria asal Rusia itu seperti tidak menyadari bahwa seorang Sir Alex Ferguson pun butuh waktu 2 tahun untuk membawa Manchester United bertahta di kompetisi Inggris. Dan, metode pemikiran seperti ini justru diadaptasikan oleh banyak orang di Indonesia untuk menyikapi segala hal, termasuk kekalahan demi kekalahan yang terus mendera tim nasional.

Masyarakat penggemar olahraga sepakbola di Indonesia sudah seharusnya menyadari bahwa negara ini tidak akan pernah bisa berjaya tanpa kerja keras dan kesabaran. Rencana PSSI era Djohar Arifin untuk meluncurkan program pembinaan usia dini secara terpadu sebenarnya bisa menjadi solusi dari permasalahan krisis prestasi di tubuh timnas saat ini. Sayangnya, hanya beberapa pihak saja yang mendukung. Kebanyakan masyarakat memilih untuk menuntut PSSI segera memberikan prestasi dengan motto ‘Sekarang atau tidak sama sekali’. Bahkan, Presiden SBY pun ikut-ikutan latah dengan mengeluarkan statement dan kritik yang tidak perlu.

Saya sedikit mengutip kata-kata ajaib dalam buku ‘Negeri 5 Menara’, yaitu man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Seorang Ahmad Fuadi, sang penulis, menganggap mantera ajaib ini masih belum cukup untuk meraih kesuksesan sehingga di buku kedua ‘Ranah 3 Warna’ dia menambahkan kata-kata man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Yah! Dengan kesungguhan PSSI dalam menjalankan program-program pembinaan dan kesabaran kita dalam menunggu perkembangan demi perkembangan yang akan terjadi, kesuksesan dan keberuntungan pasti akan menaungi timnas Indonesia di masa mendatang. Apabila untuk bersabar saja kita tidak mau, ya beeginilah hasil maksimal yang kita bisa dapat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun