Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Kertas-kertas Berdarah

13 Februari 2014   11:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:52 57 0

Aku kembali duduk di teras depan rumah. Mataku tak berkedip. Perlahan aku mulai melihat kekanan dan kekiri. Aku sangat bingung, aku sadar aku adalah anak yang bodoh, aku juga miskin, kerjaanku hanya bermain dengan teman – temanku. Di sekolah aku tak pernah mendapat peringkat sepuluh besar. Tapi setidaknya aku tidak terbodoh diantara ke dua puluh teman – temanku. Aku tidak sendirian. Ada ayah, ibu, dan kakak perempuan bernama kak cintia yang selalu menghiburku. Aku mulai ingat, kak cintia adalah anak yang pintar dan cerdas. Tapi saying, setelah lulus SMP ia sudah putus sekolah. Mungkin karena orang tuaku tak mampu menyekolahkan kami berdua, sehingga kak cintia harus putus dari sekolahnya. Dan aku tetap melanjutkan sekolah ke tingkat SMP.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun