Ia terbangun. Sisa-sisa kejadian semalam membuat pening kepalanya. Dengan sedikit tenaga. ia coba menoleh lutut kaki kirinya. Perih, dan sesekali ia meringis pilu. Sekitarnya hanya ada dinding-dinding bata, mengitari dirinya yang hanya berbalut kain sarung dan kaos kumal putih bersemu merah tua bekas darah yang membeku.