Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

BUKAN SEKADAR TAHUN BARU

1 Januari 2011   03:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:05 50 0

Banyak hal yang dilakukan saat dan sebelum tahun baru datang. Hal umum yang kerap kita jumpai adalah aktifitas berlibur, saling kirim hadiah ucapan, atau menikmati tebaran kembang api. Tak lupa, masing-masing pribadi juga pasti menyiapkan doa, menanam harapan dan cita-cita dalam setiap momen tahun baru.

Generasi yang optimis adalah harapan zaman. Di dalam dirinya selalu berkobar semangat maju ke depan, percaya diri, dan realistis menghadapi keadaan. Generasi masa depan, bukanlah generasi yang merengek dan menangis untuk mendapatkan sesuatu. Dengan lain kata, generasi masa depan adalah generasi yang mandiri. Generasi yang mampu berpijak di kaki sendiri, bukan generasi yang bergantung pada nasib, bergantung pada kebaikan orang lain, atau bergantung pada jejaring sosial dan politiknya.

Generasi yang optimis dan mandiri ialah generasi yang mampu membaca zaman, iqra’. Generasi yang mampu mengartikulasikan ide dan gagasannya menjadi tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Bukan generasi yang menjulurkan tangan, generasi yang menjual-belikan martabat diri dan organisasi, bukan pula generasi yang pasrah pada keadaan. Generasi masa depan adalah generasi yang mampu mengikuti alur zaman, sembari berpikir serta bekerja untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada.

Generasi masa depan adalah generasi yang bermental baja. Selalu berproses menjadi diri sendiri, mau menghadapi dan menerobos tantangan-hambatan. Bukan generasi pendendam, pengecut, rendah diri dan takut pada fenomena-fenomena baru.

Tahun baru, memang selalu dipenuhi oleh harapan baru. Memang, hal itu tidak keliru. Namun, ada bijaknya bila kita juga belajar berhitung, yakni menghitung keadaan. Sudahkah keadaan berpihak pada kita? Atau justru sebaliknya: keadaan selalu menekan harapan? Karena itu, generasi masa depan juga dituntut untuk berpikir dan bertindak secara realistis. Sebagai generasi pengubah dan penggubah zaman, generasi masa depan harus cerdas. Kecerdasan tentu tidak hanya menyangkut kecerdasan pikir, tapi juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Orang pandai bertutur, “ide yang menciptakan realitas.” Realitas zaman yang begitu angkuh ini tidak serta merta merupakan takdir Tuhan. Ia diciptakan ole ide-ide. Ia diterjemahkan melalui gagasan dan tindakan. Ia ditradisikan melalui penetrasi media yang luar biasa dahsyatnya. Tidak keliru bila banyak orang pandai berujar bahwa saat ini sedang terjadi “perang ide/pemikiran.” Layaknya sebuah perang, tentu ada lawan, ada kawan, ada musuh, ada sekutu. Generasi masa depan adalah generasi yang mampu mengidentifikasi sebaik mungkin siapa lawannya, siapa kawannya, siapa musuhnya, siapa sekutunya. Dalam formasi perang semacam ini, sebelum benar-benar terjun ke medan kuru setra, ada banyak hal yang harus kita persiapkan.

Harapan adalah modal. Tapi belum cukup sebagai modal untuk berperang secara sesungguhnya. Kita, generasi masa depan, juga harus mengasah mental dan mengasah pikir. Kita wajib menata hati, juga menata emosi. Tahun baru, memang menjanjikan harapan baru. Harapan baru akan hadir dan lahir di tengah semangat, optimisme, kerja keras, serta pembacaan kita terhadap gelombang zaman. Harapan dan cita-cita tidak akan datang begitu saja dari langit, apalagi turun bersama kemerlip kembang api yang kita tonton semalam.

Selamat tahun baru 2011.

Prasetyo Adie: Merintis Penerbitan Buku

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun