kalau benar, suudzon saya ini (dan mungkin dugaan banyak orang), maka jelas telah terjadi skenario untuk memutarbalikkan fakta. berupaya untuk sedikit mengutak-atik mandat rakyat lewat coblosan paku puluhan juta orang dari sekitar 180 juta pemilih. Sungguh keji ya jika benar ini terjadi.
Belajar dari keluarga Kamal
Padahal, sedikit berbagi pengalaman di RT tempat tinggal saya di Depok, ada keluarga yang antara suami dan istrinya berbeda pilihan, namun nyatanya mereka sungguh memposisikan ini hanya sebagai urusan penyaluran hak konstitusional saja. titik, tidak lebih. selebihnya ya kembali lagi seperti semula, Pak Kamal bisa kembali mesra dan harmonis dengan istrinya tercinta.
Bu Kamal mengatakan kepada saya, bahwa pilihannya memang berbeda dengan Suaminya, yang memilih pasangan nomor urut 1 Prabowo. "Saya justru memilih Jokowi, pak", ujar bu Kamal mengakui.
Namun bu Kamal kemudian menandaskan bahwa pilihan berbeda itu tetap hanya berhenti pada Pilpres. setelah itu, dirinya kembali bisa menyapa suami seperti biasanya.
Jadi pak Jokowi dan Prabowo, mustinya Anda berdua bisa belajar dari Keluarga Kamal ini, dan juga jutaan warga di seluruh Indonesia yang sudah rela mengorbankan waktunya, hingga kita mendapati partisipasi pemilih kita naik hingga 80%, untuk memilih calon yang menjadi pilihannya. Anda berdua musti bisa menahan diri Anda dan para pendukung Anda agar tidak melakukan hal-hal yang memalukan dan tidak kita inginkan bersama, mencederai demokrasi.
Saya dengar ketika kampanye dan debat capres, klausul demokrasi menjadi kata kunci bagi "jualan" Anda bukan?
Kamal dan istrinya sudah berbeda pilihan, si suami pemilih Prabowo, sementara istri memilih Jokowi. Tapi mereka tetap bisa kembali seperti semula, saling bisa menerima pilihan masing-masing. Justru kini Kamal dan Istrinya, termasuk saya dan juga seluruh rakyat kini tengah dibingungkan dengan hasil survey beberapa lembaga yang (entah disengaja atau tidak) berbeda dengan 'mainstrem lembaga survey kebanyakan.
kita tahu, sebagian besar lembaga survey memenangkan Jokowi-JK. sementara ada 3 atau 4 lembaga yang mengunggulkan Prabowo-Hatta.
Legowonya Bibit Waluyo
Oh ya, ada satu lagi pelajaran untuk Capres yang belum mau legowo menerima kekalahan. Dalam sebuah wawancara di TVRI hari ini, M Qodari mengatakan bahwa mantan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo pernah menampilkan keteladanan yang bisa ditiru oleh para Capres. semua tahu bahwa Bibit ini adalah orang militer yang punya wata keras. "semua bisa kena semprot, tak peduli siapa di depannya," terang Qodari.
Saat hasil hitung cepat Pilgub Jawa Tengah diumumkan dan Bibit gagal memeroleh suara terbanyak, media ketika itu mewawancari Bibit. Dan menurut Qodari ada jawaban yang tak disangka-sangka dari sosok Bibit. "Ya sudah kalau itu kehendak rakyat, saya terima" kata Bibit seperti ditirukan Qodari.
Setelah statemen Bibit ini, Jawa Tengah betul-betul adem, ayem serta aman. Dan kita tahu, siapa pemenang di Jawa Tengah. Seorang Bibit Waluyo dengan legowo bisa menerima 'hasil tanding' itu. Kenapa hal ini tidak kita jumpai sekarang?