Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Mencari Damai

14 November 2010   07:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:37 69 0
Pagi. Kata yang cantik untuk menyapa dan memberi semangat. Selamat pagi
semua…..

Hampir sebulan penuh jemariku tak bertelur. Semua yang
ada di tempurung kepalaku kusimpan saja sendiri. Terlebih tentang
sesuatu yang berlintang simetris di hatiku. Ah, hati, berhentilah untuk
memanjai diri. Jaga letupan rasamu. Biarkan damai menyelimuti relungmu.

Damai.
Aku mencarinya. Ya, aku mencarinya. Mencari damai dan indahnya. Sempat
aku menelusurinya di antara lengkung pelangi. Aku harus berjuang
mati-matian untuk menunggu rinai hujan yang sempat menggila mereda di
tepian waktu. Menari-nari, bergelantung di sayap bidadari. Konon,
pelangi dan bidadari bersahabat akrab. Namun, masih saja aku tak menemui
damai itu.

Lantas dimana Tuhan menyimpan damai itu? Hampir
menyerah. Tidak, aku tidak menyerah. Aku hanya ingin mencoba ikhlas. Itu
saja. Hingga akhirnya aku menemui titian jingga di langit senja. Jingga
menyamudra di tepian langit. Mendamaikan, sangat mendamaikan. Warna
ketenangan yang kutemui di antara limit waktu yang semakin menipis.
Namun kali ini damainya jingga harus kuikhlaskan pergi. Malam, warna
kematian telah mengambilnya. Biarlah malam menjadi warna penjagaan
terindah untuk damainya jingga. Tolong jaga warnanya untukku.

Suatu
pagi, ada yang membisikiku bahwa damai itu bisa kutemui di antara bulir
lembut embun. Ya, embun yang menetes tiap pagi itu mendamaikan kalbu.
Menyejukan. Sungguh. Riak yang bergelantung di ujung dedaun jatuh luruh
di kalbuku. Menenangkan bongkahan hati ini. Terima kasih, Tuhan.

Apa
kamu tahu bahwa sebiji kopi tak mungkin larut ke dalam secangkir embun?
Ketidakmungkinan yang memungkinkan. Embun terlalu dingin dan
menyejukan. Kopi tak mungkin larut ke dalamnya. Bahkan, untuk
mengumpulkan butiran embun ke dalam cangkir pun tak bisa. Tidak! Embun
hanya mampu bergelantung di ujung dedaun. Bergelantung di antara
tegarnya ilalang. Maka kali ini izinkan aku menitipkan tetesan embun
itu. Ilalang berikan penjagaan terindah untuk tetesan embun yang membawa
damai.

Damai. Damai itu ada di kalbuku. Ada di hatiku. Damai itu
ada saat hati ini dekat dengan-Nya. Rabb, ajari aku tentang-Mu. Beri
aku kesempatan lebih lama lagi mengecup manja asma-asma-Mu. Di antara
limit waktuku yang semakin menipis, beri damai itu di saat terindah.
Saat aku bermesraan dengan-Mu. Saat aku tak henti-hentinya mengeja-Mu.

abu-abu,
2 November 2010

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun