Sudah sepantasnya saya haturkan rasa terima kasih kepada peneliti, dari ribuan kata yang telah saya rangkai menjadi kalimat selama ini ternyata dilirik untuk dilakukan penelitian secara ilmiah.
Peneliti yang bernama Fathuriyati Soleha Soleha salah satu mahasiswa universitas Merangin ini tertarik meneliti gaya bahasa yang saya gunakan dalam menulis selama ini terutama menulis opini.
Entah ide dari mana awalnya hingga saat ini saya tak pernah bertanya mengapa dara yang akrab disapa Leha ini nekat melakukan riset terhadap puluhan tulisan yang telah saya muat di blog kompasiana.
Apalagi, dari tiga usulan judul yang ia ajukan kepada dosen pembimbing namun judul yang menyeret nama saya kedalam objek penelitian inilah yang malah mendapat acc dari dosen pembimbingnya.
Sehingga ia melakukan penelitian dan berhasil menyusun karya tulis ilmiah sebagai tugas akhir mahasiswa strata satu (S1) berupa skripsi dengan judul "Gaya Bahasa Opini Blog Kompasiana Himun Zuhri".
Saya baru sadar, ternyata setelah membaca latar belakang skripsi yang setebal 164 halaman itu, ketertarikan dengan tulisan saya yakni pada saat menulis tentang Pilkada Merangin 2018 silam.
Menurut penelusurannya saat Pilkada Merangin 2018 itu saya disebut oleh peniliti sebagai penulis yang berani menulis pada rubrik politik dengan tingkat keterbacaan diangka puluhan ribu.
Sehingga ia tertarik meneliti tulisan saya dengan berbagai landasan teori dan singkat cerita hasil penelitian itu telah pula diuji dihadapan sidang yang digelar pada 23 Desember 2022 lalu.
Dalam perjalanan sidang skripsi itu akhirnya sang peneliti mampu mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya dengan pembuktian bahwa ia diganjar dengan nilai A.
Dan, akhirnya dari hasil penelitian itu terjawab sudah bahwa gaya bahasa tulisan saya yang paling sering muncul yakni pertama gaya bahasa perbandingan metafora 69,13 %.
Kedua gaya bahasa pertautan epitet 20,16 %, ketiga gaya bahasa pertentangan hiperbola 9,05% dan keempat gaya bahasa perulangan epizeukis 1,64 %.
Berdasarkan uraian para ahli bahwa gaya bahasa tulisan saya adalah "Metafora Konvensional" yang artinya bahasa yang digunakan tidak mengharuskan pembaca untuk berfikir lama agar mengetahui maksud tulisannya.
Tak lupa ucapan terima kasih juga kepada Rektor Universitas Merangin Yth, ibu Dr. Yesi, M.Pd ( Dinda Yesi ) Dekan Fakultas FKIP ibuk Dr. Elfa Eriyani , M.Pd, Ketua Prodi Bahasa & Sastra Indonesia Dr (C) Bai Tul Lah
Tentu sejarah ini tercatat yang diawali berkat restu dari ibu Elfa Eriyani dan pak Wiko Antoni selaku dosen pembimbing yang telah memilih judul ini untuk diteliti dan atas bimbingan ibu Puji Tri Aryanti, MPd selaku pamong magang mata kuliah jurnalistik sang penulis.
Selanjutnya, saya ucapkan selamat Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari 2023 mari dukung "Kebebasan Pers" bebas dalam artian menyampaikan pemberitaan secara bertanggung jawab dengan mengedepan kode etik jurnalistik yang baik.
Terkahir, mari menulis dan yakinlah suatu saat kita yang akan ditulis seperti pesan Imam Ghozali "jika kamu bukan seorang anak raja dan bukan anak seorang ulama besar, maka jadilah penulis".
Bangko, 9 Februari 2023.