Ramai dibicarakan mengenai Persija ISL yang berhasil memenangkan gugatan legalitas mereka di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, baik melalui artikel di media komunitas seperti Kompasiana atau sekedar mengomentari berita yang dimuat di media online.
Umumnya para penggemar ISL dan khususnya The Jakmania menyambut gembira kemenangan Persija ISL di pengadilan dengan hasil Persija IPL tidak boleh menggunakan nama Persija di kompetisi IPL musim depan. Â Mereka bahkan sampai menyebut-nyebut keadilan Tuhan telah datang, dan sekarang telah diketahui mana yang asli dan yang palsu. Â Bahkan penggemar ISL melebarkan topiknya ke klub-klub lainnya yang mengalami dualisme. Â Seperti suporter ISL dan pejabat KPSI pada umumnya, selalu mengeneralisir suatu keadaan dengan menyembunyikan fakta lain yang sebenar-benarnya, seolah-olah kemenangan Persija ISL ini berarti menasbihkan bahwa yang di IPL semua adalah kloningan. Â Buka mata, hati dan pikiran Anda, kalau memang Anda tidak menerima uang bayaran dari pihak sponsor, dan Anda mengikuti perkembangan sepakbola tanah air minimal 5 tahun ke belakang, pasti Anda bisa mengenali mana-mana klub yang asli dan kloningan tanpa melihat ISL dan IPL. Â Ane refresh lagi artikel Ane 9 bulan lalu.
http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/01/29/isu-dualisme-persija-dan-arema-memuluskan-misi-kloning-bakrie-cs/
Back to topic, pecinta sepakbola nasional tentunya ingat kasus dualisme Persija. Â Kasus ini sebenarnya bisa dibilang diawali dari sikap memandang remeh masalah hukum dan legalitas dari manajemen Persija. Â Bayangkan, 3 tahun ISL berputar (sejak 2008), 3 musim kompetisi dihelat, 3 kali pula Persija mengganti PT, tanpa menutup dan mempertanggungjawabkan PT yang lama. Â Ketika ada selisih pendapat antar pengurus di manajemen Persija, akhirnya permasalahan ini muncul.
Dengan bekal dukungan beberapa klub anggota Persija, Hadi Basalamah lantas membentuk Jakarta FC untuk berkompetisi di LPI.  Hadi Basalamah sebenarnya Ketua Persija yang sah setelah terpilih dalam Kongres Luar Biasa Persija tahun 2010, menggantikan Toni Tobias.  Hadi Basalamah meraih 27 suara dari 30 klub anggota Persija.  Tapi, atas campur tangan "politis" Pengprov DKI (yang diketuai Hardi Hasan), Hadi Basalamah lantas dilengserkan dan diganti Ferry Paulus.  Kalau Anda pecinta sepakbola nasional, khususnya Jakarta, pasti Anda tahu siapa Ferry Paulus dan Hardi Hasan, mereka adalah alas kaki Nurdin Halid di masa kejayaannya.
Oleh karena adanya kesepakatan restart kompetisi untuk musim 2011/2012, maka PSSI membuka keran kepada seluruh klub ISL, LPI dan Divisi Utama untuk mendaftarkan diri dan mengikuti verifikasi yang dilakukan oleh AFC. Â Alhasil hanya 6 klub yang dinyatakan memenuhi syarat Profesional oleh AFC, dan ternyata 6 klub tersebut berasal dari Divisi Utama dan LPI. Â Sementara klub ISL tidak ada yang mencapai poin minimum 600 yang dipersyaratkan AFC.
Pada pendaftaran peserta, muncul 3 Persija yang mendaftar menggunakan ketiga PT yang dibentuk Persija pada 2008, 2009 dan 2010, yaitu Persija Jakarta, Persija Jaya dan Persija Jaya Jakarta. Â PSSI mencoba memfasilitasi bersatunya ketiga Persija ini. Â Dalam perjalanan mediasinya, 2 Persija (Persija Jakarta dan Persija Jaya) bersedia bergabung, sementara Persija Jaya Jakarta di bawah Ferry Paulus tetap ingin menjadi pemain tunggal. Â Bukannya datang di acara mediasi yang difasilitasi PSSI, Ferry Paulus justru mengirim The Jakmania untuk berdemo ke kantor PSSI. Â Tenggat waktu yang sudah ditoleransi beberapa kali, akhirnya PSSI melalui Tony Apriliani memutuskan Persija yang sah adalah gabungan Persija Jaya dan Persija Jakarta di bawah Hadi Basalamah.
http://bola.kompas.com/read/2011/09/21/18423267/Ketua.Umum.Persija.Ferry.Paulus.Enggan.Mediasi
http://bola.kompas.com/read/2011/10/07/15501424/Ratusan.The.Jak.Geruduk.Kantor.PSSI.
http://bola.kompas.com/read/2011/10/01/01030254/PSSI.Hanya.Akui.Persija.Jaya
Kalau dilihat dari runut kejadian di atas, cara Ferry Paulus menjadi ketua Persija sudah ilegal, jadi sedikit kontradiktif kalau dia memperjuangkan legalitas Persija di tengah ketidaklegalan dia sendiri. Â Untuk menentukan mana Persija yang asli dan Persija yang palsu memang perlu perdebatan panjang. Â Kalau dilihat dari sisi dukungan klub anggota, hasil KLB internal Persija dan PT yang mendukung, maka keputusan PSSI mengesahkan Persija di IPL tidaklah salah. Â Anda bisa hitung berapa banyak prosentase pemain Persija IPL yang merupakan jebolan klub anggota Persija, dibandingkan dengan Persija ISL. Â Tapi, kalau dilihat dari dukungan Pengprov, suporter dan pemain bintang, maka Persija ISL berhak mengklaim diri sebagai yang asli.
Putusan pengadilan negeri Jakarta Timur yang memenangkan Persija ISL bisa jadi semakin memperkuat posisi legalitas Persija ISL, meskipun memang hukum di Indonesia masih dapat diperjualbelikan. Â Ane hanya percaya Mahkamah Konstitusi sebagai institusi hukum paling bersih di Indonesia saat ini. Â Tapi, coba kita berpikir lagi, apa tujuan dan keuntungan Persija ISL dari kemenangan di pengadilan ini?.
Coba kita cek lagi ke belakang, apa yang kurang dari Persija ISL dibandingkan Persija IPL?. Â Pemain bintang?, kemampuan finansial?, dukungan Pengprov?, dukungan Jakmania?, Stadion?. Â Sedemikian berbahayakah Persija IPL, sehingga Persija ISL butuh effort untuk mendapatkan kata "menang" atas Persija IPL?. Â Kalau memang Persija ISL memperjuangkan Legalitas, lantas digunakan untuk apa legalitas itu?.
Kalau jawabannya untuk bermain di ISL, pasti Ferry Paulus akan ditertawakan seluruh orang di bumi nusantara ini. Â Bukankah tanpa legalitas klub-klub bisa eksis di ISL?. Â Contohlah Arema ISL dan Persegres. Â Arema ISL harus memendam hasrat bertanding di AFC Cup 2011 kemarin karena tidak punya legalitas yang cukup. Â Arema ISL pun kini terpaksa menerima pemerkosaan dari Pelita Jaya untuk tetap bisa eksis, toh pemain mereka musim lalu adalah pemberian cuma-cuma dari Big Boss Bakrie. Â Sementara Persegres harus berganti nama setelah tidak mungkin menyingkirkan klub yang dikloningnya, Gresik United.
Berarti kalau dikumpulkan dari urutan kronologis di atas, maka akan terbentuk kalimat sebagai berikut, "Ferry Paulus memperjuangkan legalitas Persija untuk bermain di liga ilegal, di tengah ketidaklegalannya". Â Ataukah ini tanda-tanda Persija bakalan menyeberang ke IPL?.
Bagi PSSI, meskipun harus terkena getah buah keputusan dari Tony Apriliani yang sekarang menyeberang ke kubu sebelah, masalah Persija bukanlah hal yang susah. Â PSSI tinggal minta Persija IPL melakukan merger dengan klub lain sebagai syarat bisa mengikuti kompetisi tahun depan. Â Kalau Persija tidak bisa menemukan rekanan merger, maka PSSI tinggal menggugurkan Persija IPL dan mencari klub pengganti melalui jalur play off Divisi Utama yang akan segera digelar, termasuk mencari pengganti Semen Padang dan Persijap.
Nah, di sinilah justru blunder bagi Persija ISL. Â Kalau sampai Persija IPL membubarkan diri atau merger dan berganti nama dengan klub lain, dan Persija ISL masih berkutat di ISL, maka ini adalah lubang besar yang bisa dimanfaatkan PSSI untuk menjatuhkan hukuman kepada Persija dan memasukkan mereka ke dalam kelompok klub yang sedang terhukum. Â Ingat, selama ini Persija ISL diuntungkan dengan posisi mereka di bawah bayang-bayang Persija IPL.
Jadi, sebenarnya kemenangan Persija ISL di Pengadilan Negeri Jaktim, justru membawa mereka ke liang lahat mereka sendiri, ke peti mati mereka sendiri. Â Kecuali kalau Persija memang mau menyeberang ke IPL....
Salam Sepakbola Bangkit!!!