Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Kunjungan Jokowi ke Papua Dapat Apresiasi Banyak Kalangan

12 Januari 2015   20:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:18 213 0
Bukan rahasia lagi, pembangunan di kawasan Timur Indonesia khususnya di wilayah Papua sering dikeluhkan banyak pihak. Karenanya kunjungan Presiden Jokowi ke Papua pada 27-29 Desember 2014 lalu untuk melihat dari dekat kondisi Papua mendapat apresiasi positif dari sejumlah kalangan.

Koordinator Pokja Infrastruktur Kawasan Timur Indonesia Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Ferrianto Djais mengaku Pembangunan di Papua tidak berjalan cepat karena hanya bersifat sektoral. Ferrianto yang mengaku lama tinggal di Papua ini gembira melihat perhatian serius yang ditunjukkan Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.

Sudah lama Ferrianto berharap agar Pemerintah mencanangkan pembangunan terintegrasi. Tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga harus memperkuat sumber daya manusia (SDM) dan membangun perekonomian daerah. Harapan Ferrianto itu mulai tampak dengan berbagai gebrakan Jokowi.

Harapan yang sama juga datang dari tokoh akademisi yang juga tokoh Gereja Papua, Pater Neles Tebay. Harapan Pater Neles lebih fokus kepada upaya menciptakan suasana damai di Papua. Suasana damai adalah kondisi kondusif yang harus diciptakan dan dijaga sedemikian rupa guna mendukung kelancaran pembangunan di Papua. Pastor dari wilayah pegunungan ini mengapresiasi kehadiran Jokowi di Papua. Neles mengatakan, Jokowi adalah satu-satunya Presiden Indonesia yang menekankan persatuan dan keterlibatan dari semua pemangku kepentingan dalam membangun Papua yang damai.

Baginya, ajakan Presiden kepada kelompok masyarakat yang masih berada di atas gunung-gunung untuk bersama-sama membangun Papua sebagai tanah yang damai memberikan harapan bagi rakyat Papua bahwa akan ada komunikasi politik yang dibangun pemerintah untuk melibatkan orang Papua yang masih bergerilya di hutan dan yang hidup di luar negeri untuk menciptakan kedamaian di Papua.

Anderas Harsono dari organisasi pegiat hak asasi manusia Human Rights Watch, juga punya harapan yang sama. Menurutnya, membenahi Papua tidak dapat dilakukan tanpa menyoroti soal pelanggaran HAM, reformasi pejabat sipil dan militer, serta membuka isolasi wilayah tersebut. Selama ini, terdapat lusinan kasus yang melibatkan dugaan penggunaan kekerasan oleh polisi, militer, agen intelijen dan sipir penjara saat menghadapi warga Papua yang melakoni hak mereka untuk berkumpul. Andreas menepis anggapan bahwa bila akses itu dibuka isu kemerdekaan Papua akan marak berhembus.

Tokoh Gereja Kingmi, Pdt. Benny Giay menyoroti soal masih banyaknya tahanan Papua merdeka di sejumlah Lapas. Dirinya berharap, Presiden Jokowi dapat membuat suatu keputusan untuk melepaskan 65 tahanan politik Papua yang saat ini dipenjara.

Harapan-harapan di atas tentu telah menjadi masukan positif bagi pemerintahan Jokowi. Semoga Jokowi dengan pembawaannya yang sederhana dapat menjadi obat penyegar di tengah arus politik yang membingungkan sebagian masyarakat Indonesia saat ini, khususnya di Papua. Kiranya Jokowi tidak hanya memberikan harapan kosong tetapi mampu menuntaskan berbagai masalah yang terjadi di Papua. Terlepas dari isu-isu tentang berbagai aksi kekerasan di  Papua, Jokowi memang sudah mempunyai ruang tersendiri di hati masyarakat Papua. Dari yang tinggal di kota, hingga yang tinggal di Honai-honai di kampung pedalaman yang sulit dijangkau. Semoga [*]

Sumber bacaan :

http://www.merdeka.com/uang/kenyataan-pahit-lambannya-pembangunan-di-papua.html

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun