Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

FiksiMini: Dialog Adik-Kakak

23 Juli 2014   17:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:28 193 0
Khalisa berteriak-teriak histeris pasca terpilihnya Presiden Indonesia yang baru. Karena itu ia memutuskan untuk melepaskan kegalauannya dengan bertanya pada sang Kakak.

“Kak, kenapa orang-orang jahat bisa menang sedangkan orang baik bisa kalah?”

“Karena orang jahat punya banyak relasi, pintar sosialisasi, punya jaringan yang kuat dan baik hablum minannaas-nya.”

“Lalu, menurut kakak orang baik tidak punya relasi dan tidak baik hablum minannaas-nya?”

“Bukan begitu, Adek...”

“ Lalu?”

“ Orang baik itu kebaikannya tidak terlihat karena seringkali disembunyikan. Atau kalau pun terlihat, maka orang jahat akan menutupinya dengan dalih, buat baik kok dipamerin ga ikhlas itu namanya.

“Menurut kakak Jokowi itu baik tidak?”

“Kakak ga tau,”

“Kalau Prabowo?”

“Kakak juga ga tau, Adek..”

“Kenapa kakak ga tau? Ayolah kak, aku yakin kakak punya jawaban...”

“Adek yang baik, dalam hidup ini kita seringkali terlalu cepat menilai dan mengukur sebelum selesai diperhitungkan. Bahkan kadang kala tanpa sengaja kita telah mendahului takdir.”
“ Maksud kakak?”


“Seseorang itu belumlah dapat dikatakan terpuji sebelum ia diuji. Dan sebaliknya, seseorang belum dapat dikatakan tercela sebelum ia dicoba. “

“Aku makin ga ngerti, Kak...”

“Jokowi terpilih sebagai Presiden kita saat ini belum menjamin bahwa ia terpuji. Kakak katakan terpilih ya, bukan menang. Karena hakikat pemenang hanya dapat kita lihat di akhir hidupnya. Husnul khatimahkah ia atau Su’ul khotimah. Nah, Jokowi baru akan memulai ujiannya. Mampukah ia memimpin negeri tercinta ini 5 tahun ke depan. Dan beliau baru akan dikatakan menang jika di akhir masa jabatannya nanti, kepemimpinannya berakhir Husnul Khotimah. Artinya, semua visi dan misinya membangun bangsa lebih baik lagi berhasil tercapai, rakyat sejahtera, semua program dapat diimplementasikan dengan baik serta dapat merangkul semua kalangan menjadi satu meski ketika Pilpres kemarin berbeda pilihan. Ya, paling tidak kepemimpinannya nanti harus lebih baik dari pemimpin sebeumnya. Baru dapat dikatakan menang.”

“Lalu gimana dengan Prabowo, Kak?”

“Naah, kalau yang terpilih belum dikatakan terpuji sebelum diuji maka yang tidak terpilih juga belum tentu tercela sebelum ia dicoba. Kegagalan beliau hari ini adalah sarana Allah untuk mencoba. Bagaimana beliau menyikapi kegagalan? Bagaimana beliau memandang masa depan bangsa? Bagaimana beliau harus memilih jalan lain untuk memperbaiki bangsa dengan cara yang lebih baik? Seperti kata pepatah, banyak jalan menuju Roma. Maka pasti banyak jalan untuk berkontribusi memperbaiki negeri tercinta ini. Atau seperti kata D’massive, tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pasti akan menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya bagi hamba-Nya yang sabar dan tak pernah PUTUS ASA. Jangan menyerah! “

“Benar juga ya, Kak. Bahkan lewat lagu kita bisa mengambil hikmah.”

“Ya, benar sekali. Intinya, jangan menyerah karena kegagalan adalah...”

“ ...adalah keberhasilan yang tertunda. “

“Hehee, pintar. Sayangnya, kita-kita yang bukan kategori kandidat Pilpres kemarin justru lebih aktif mencela. Lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkomentar buruk atas kandidat yang tidak kita sukai. Seolah kita sudah mengukir banyak prestasi untuk negeri ini. Seolah kita sudah begitu banyak berkontribusi atas kemakmuran pertiwi. Maka jadilah kita komentator paling ulung melebihi komentator sepak bola di piala dunia. Bahkan yang sangat disayangkan, tidak sedikit dari kita justru kehilangan teman baik, kehilangan hubungan persahabatan hanya karena berlebihan membela jagoan masing-masing sehingga muncul saling cela, saling hina dan saling sindir. Tanyakanlah diri kita sendiri, siapakah yang sesungguhnya tercela? Mungkin saja kita.”

“Ya, mungkin saja kita, Kak. Lalu, kesimpulannya apa, Kak?”

“Hmmm, kamu punya terjemahan ga?”

“Punya, Kak. Buat apa?”

“Coba lihat QS. Al-Mulk  ayat 1-2. Lalu bacakan.”

Maha suci Allah, yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.”

“Jadi, sebenarnya terpilih atau tidak. Menang atau kalah. Keduanya adalah ujian. Karena ujian adalah apa-apa yang kita miliki. Kita punya pasangan, itu ujian. Kita gunakan untuk apa pasangan kita? Untuk pamer atau untuk membentuk keluarga yang Rabbani? Dan yang tidak punya pasangan juga ujian. Sanggupkah ia melewati kesendiriannya dengan bersabar dan menahan diri dari perkara yang diharamkan Allah atas dirinya seperti menjauhi zina dan maksiat. Atau masih banyak contoh lainnya.”

“Ohh, begitu. Aku mengerti sekarang. Tapi kenapa di antara banyak contohnya, kakak mengambil contoh jomblo?”

“Ya, karena kita memang harus mengambil hikmah dari hal yang paling dekat...”

“Dekat? Oh..maksud kakak, dekat dengan kakak begitu ya? Hahaa...”

“Kamu kok menertawakan aku, Dek???” -_-

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun