Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Pelecehan Anak Berulang, Kapitalisme Mesti Dipertanyakan

12 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 12 Juni 2024   07:07 86 0
Seorang ibu semestinya memberikan kasih sayang kepada anaknya. Sosok ibu diibaratkan malaikat tak bersayap yang senantiasa memberikan perlindungan kepada buah hatinya. Namun, bagaimana bisa sosok yang digambarkan bahwa surga berada di telapak kakinya, justru tega memberikan neraka kepada darah dagingnya?

Baru-baru ini terjadi dua kasus ibu yang tega mencabuli anaknya sendiri dan direkam karena terperdaya iming-iming uang. Mereka adalah ibu muda berinisial R (22) di Tangerang Selatan, Banten, yang dilaporkan melecehkan anak kandungnya sendiri yang berusia 4 tahun. Kejadian serupa dilakukan ibu inisial AK (26), yang tega mencabuli putra kandungnya yang masih berusia 10 tahun di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (detiknews.com, 09-06-2024).

Kapitalisme Mesti Dipertanyakan

Pembuatan menjijikan yang dilakukan oleh seorang ibu ini membuktikan bahwa sistem kehidupan hari ini begitu rusak dan merusak. Perempuan yang sering dianggap korban, nyatanya mampu berbuat sangat keji, bahkan kepada darah dagingnya sendiri hanya karena iming-iming uang. Sosok yang semestinya menjadi pendidik pertama dan utama, justru menghancurkan anak-anaknya sendiri dengan perbuatan di luar norma.

Kelakuan buruk ibu ini menggambarkan bahwa sistem pendidikan hari ini gagal mencetak individu berkepribadian Islam yang siap mengemban amanah menjadi seorang ibu. Tak heran, sebab orientasi sistem pendidikan ini hanyalah materi. Akibatnya, lahirlah generasi yang tidak beradab dan memuaskan hawa nafsunya tanpa batasan syariat.

Di sisi lain peristiwa pelecehan ibu terhadap anak di atas, juga menunjukan betapa lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, akibatnya seorang ibu tergoda melakukan perbuatan menjijikan kepada darah dagingnya hanya karena iming-iming uang yang tidak seberapa.

Beban hidup yang kian menekan, sistem kapitalisme nyatanya membuat kesejahteraan hanya ada di angan-angan. Tak jarang, beban ganda harus dipikul seorang ibu untuk membantu menafkahi keluarga. Ditambah lagi kebutuhan hidup yang semakin mahal, pendidikan dan kesehatan yang tak murah, dan sebagainya, tak jarang menjadikan ibu menjadi gelap mata dan nekat melakukan banyak cara demi mendapatkan materi.


Dari faktor-faktor penyebab tersebut, penyebab utama sebenarnya adalah diterapkan sistem kapitalisme. Sistem ini memiliki asas sekularisme yang menjadikan agama dipisah dari kehidupan, agama tidak lagi menjadi pedoman hidup. Alhasil, fitrah ibu menjadi terkikis bahkan hilang. Beban hidup yang menghimpit, membuat banyak orang tidak berdaya. Keimanan yang lemah pada diri ibu, serta tidak adanya ketakwaan pada tingkah lakunya menyebabkan ibu rawan stres dan tega berbuat keji pada buah hatinya.

Sistem inilah yang diterapkan dalam segala lini kehidupan hari ini, mulai dari sistem pendidikan, ekonomi, pergaulan hingga politiknya. Akibatnya kerusakan masyarakat dapat kita saksikan terjadi di sekeliling kita. Sudah semestinya kita mempertanyakan bagaimana kapitalisme dalam menjaga fitrah keibuan? Nyatanya sistem ini justru merusak fitrah keibuan.


Islam Menjaga Fitrah Ibu

Ibu yang paham agama, tidak akan sampai hati melecehkan anaknya. Sebab, ia sadar betul tugasnya sebagai pelindung juga pendidik pertama dan utama bagi buah hatinya. Ia akan sadar betul mana perbuatan yang diperbolehkan dan mana yang diharamkan oleh aturan agama (Islam).

Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anaknya. Di tangan ibu lah tanggung jawab untuk mengatur dan mengurus rumah tangga diberikan, termasuk mendidik buah hatinya. Jika peran ini didudukan sebagaimana mestinya, niscaya generasi cemerlang akan lahir dari rahimnya.

Perlu untuk mengembalikan fitrah keibuan saat ini. Jiwa ibu harus dibersihkan dari pemikiran kapitalisme-sekularisme menjadi pemikiran Islam. Kualitas ibu yang buruk lahir dari penerapan sistem yang buruk. Hanya Islam lah yang mampu mencegah dan menyelesaikan persoalan semacam fakta di atas hingga tuntas.


Sistem Islam sudah terbukti mampu mencetak ibu sebagai pembangun peradaban, bukan perusak peradaban sebagaimana sistem kapitalisme yang diterapkan hari ini.

Sistem pendidikan Islam akan mencetak generasi yang berkepribadian Islam, yang pola pikir dan pola sikapnya berlandaskan Islam. Peserta didik akan ditanamkan akidah yang kuat, yang dengannya ia akan berbuat berdasarkan ketakwaannya. Selain itu, generasi juga akan dididik untuk menguasai sains dan teknologi agar bisa menjadi umat terbaik.


Dalam kitab Sistem Pendidikan Dasar Khilafah, karya Syekh al-'Alim 'Atha` bin Khalil Abu ar-Rasytah disebutkan kurikulum pendidikan Islam secara khusus menyediakan mata pelajaran kerumahtanggaan. Mata pelajaran ini dikhususkan bagi para perempuan agar siap menjadi sosok ibu yang mulia.

Tak hanya itu, sistem pergaulan yang diatur berdasarkan Islam akan mencegah terjadinya perzinaan, pelecehan, pemerkosaan dan kemaksiatan yang lain. Interaksi antara laki-laki dan perempuan akan diatur berdasarkan syariat Islam, seperti larangan khalwat, ikhtilat tanpa hajat syar'i, tabarruj, dan sebagainya.

Khalifah sebagai pemilik kebijakan juga akan memfilter media yang dikonsumsi masyarakat. Negara akan menindak tegas siapapun yang membuat konten yang rusak dan merusak akidah Islam. Konten-konten rusak dan merusak tersebut dapat dipastikan akan dibumihanguskan tanpa kompromi.

Islam juga akan memberikan sanksi yang tegas lagi keras bagi pelaku yang melanggar syariat Islam. Sanksi berupa ta'zir akan diberikan sesuai tingkat kemaksiatan yang dilakukan. Dengan sanksi ini, akan memberikan efek jera kepada pelaku sekaligus membuat anggota masyarakat menjadi enggan melakukan kejahatan serupa, inilah sifat zawajir dalam Islam.

Selain itu, sanksi bisa menjadi penebus dosa bagi pelaku, di akhirat ia tidak akan disiksa lagi karena perbuatannya di dunia, sebab ia sudah dijatuhi hukuman berdasar syariat. Inilah sifat jawabir yang tidak dimiliki sistem selain sistem Islam.

Negara yang menerapkan Islam secara menyeluruh dalam bingkai Khilafah juga akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang mampu menyejahterakan rakyatnya. Laki-laki yang mempunyai tanggung jawab untuk menafkahi akan diberikan kemudahan dalam mencari pekerjaan.

Sumber-sumber kepemilikan umum akan dikelola oleh negara demi kepentingan rakyat dengannya akan terbuka lapangan pekerjaan yang luas. Dengan begitu para penanggung nafkah bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dengan mudah dan sejahtera. Dengan pengelolaan berdasarkan hukum syarak pula, kebutuhan pokok publik seperti pendidikan, kesehatan dam keamanan akan dijamin secara langsung oleh negara secara murah bahkan gratis.

Dengan penerapan sistem ekonomi Islam ini, seorang ibu tidak akan stress untuk memikirkan biaya hidup yang semakin mencekik. Ibu tidak lagi pusing dan terpaksa memainkan peran ganda untuk membantu mencari nafkah. Ibu akan memainkan perannya secara optimal untuk mendidik generasi yang cemerlang tanpa ketakutan akan semakin beratnya beban hidup.

Inilah aturan kehidupan dalam Islam yang begitu sempurna dan paripurna. Dengan penerapan Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan dalam naungan Khilafah, manusia akan tetap terjaga fitrahnya sebagai sebaik-baik ciptaan Allah. Fitrah ibu dan anak akan terlindungi secara sempurna, sedangkan peran laki-laki juga dioptimalkan sebagaimana seharusnya.


Dengan penerapan Islam secara menyeluruh ini pula akan lahir sosok ibu sebagaimana Ummu Imarah, Al Khansa, ibunya para mujahid, Ibundanya Imam Syafi'i dan ibunda para ulamanya lainnya. Penerapan Islam akan memberikan kesejahteraan , kedamaian dan keberkahan bagi seluruh masyarakat.
Wallahu a'lam bisshowab

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun