Vivia Handarisna, Vera Sardila
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
viviahandarisna@gmail.com
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman konseptual tentang filsafat Bahasa dari segi makna pada peribahasa "tiada rotan akar pun jadi".  Filsafat Bahasa merupakan kajian yang membahas tentang Bahasa terutama dari segi makna, tentunya makna yang terkandung pada kata itu sendiri. Dalam komunikasi ataupun menyampaikan pesan  tidak sekedar berbicara atau pun menuliskan sesuai yang ingin disampaikan, tentu terdapat yang namanya peribahasa. Maksud disampaikan menggunakan peribahasa tentunya membuat seseorang menjadi berfikir apa makna dari peribahasa yang disampaikan tersebut. Setiap peribahasa yang disampaikan memiliki makna dibalik kata-kata itu sendiri, baik makna yang mengandung nilai nasihat, Pendidikan ataupun sebagainya.
Kata kunci: filsafat, peribahasa, rotan, akar.
PENDAHULUAN
Filsafat bahasa memiliki peran penting dalam merinci dan menggali makna dari setiap ungkapan atau peribahasa yang melintasi ruang linguistik. Dalam kehidupan sehari-hari, peribahasa seringkali menjadi ungkapan bijak yang mengandung makna mendalam. Salah satu peribahasa yang tidak asing didengar adalah "Tiada Rotan, Akar Pun Jadi." Di balik kata-kata sederhana ini tersimpan kearifan dan filosofi yang menggambarkan hubungan antara sarana dan tujuan. Melalui pemahaman lebih dalam terhadap kata-kata yang tersembunyi di balik ungkapan ini, dapat direnungi tentang kompleksitas dan kedalaman pemikiran yang terkait dengan cara  berkomunikasi, memahami, dan meresapi kehidupan sehari-hari.
Peribahasa ini menciptakan sebuah gambaran yang kuat dalam benak, seolah-olah menuntun untuk melihat jauh ke dalam makna dan implikasi filosofisnya. Peribahasa ini dapat dihubungkan dengan konsep makna bahasa secara lebih luas. Filsafat bahasa mengajarkan bahwa setiap kata, frasa, atau peribahasa memiliki makna yang melekat dan kontekstual. Dalam konteks "Tiada Rotan, Akar Pun Jadi," dapat membuat seseorang merenung tentang bagaimana kata-kata ini tidak hanya menggambarkan kondisi fisik, tetapi juga menyiratkan ide bahwa segala sesuatu memiliki cara tersendiri untuk tetap hidup atau berkembang. Dalam artikel ini, akan dijelajahi serangkaian konsep filsafat bahasa yang terkandung dalam peribahasa ini, dengan mengupas lapisan-lapisan makna yang mengandung kebijaksanaan dan kearifan tradisional.