Kristina Sudarwati, S.Pd
kristinasudarwati17@guru.sd.belajar.id
Abstrak
Media pembelajaran yang terbatas dapat menjadi salah satu faktor penghambat proses belajar mengajar sehingga pembelajaran akan menjadi tidak maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu adanya pengembangan media pembelajaran. Media pembelajaran yang mampu mengatasi hal tersebut salah satunya adalah media benda konkret. Media benda konkret merupakan media pembelajaran yang digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan motivasi,  pemahaman  dan  hasil belajar siswa  terhadap mata  pelajaran  Matematika. Untuk dapat memaksimalkan penggunaan benda konkret dalam pembelajaran materi nilai tempat bilangan 21-99 penulis melakukan penelitian menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini dipandang sebagai penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran benda konkret sebagai media pembelajaran  Matematika kelas I di SD Xaverius 8 Palembang dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil validitas yang didapatkan setelah melakukan pengimplementasian di SD Xaverius 8 Palembang mendapatkan persentase 86 %. Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media benda konkret dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Matematika kelas I  materi nilai tempat bilangan 21-99 di Sekolah Dasar layak digunakan dalam pembelajaran.
Kata kunci: Problem Based Learning, media benda konkret , hasil belajar
Abstract
Limited learning media can be one of the inhibiting factors in the teaching and learning process so that learning will not be optimal. To overcome this, it is necessary to develop learning media. One of the learning media that is able to overcome this is concrete media. Concrete media is a learning media that was developed as a solution to increase students' motivation, understanding and learning outcomes in Mathematics subjects. To be able to maximize the use of concrete  media in learning place value of numbers 21-99  the authors conducted research using the Problem Based Learning (PBL) model. This research is seen as development research that aims to develop concrete media learning media as a medium for learning Mathematics for class I at SD Xaverius 8 Palembang  by applying the Problem Based Learning (PBL) model. The type of research used in this research is descriptive qualitative. The results of the validity obtained after implementing SD Xaverius 8 Palembang obtained a percentage of 86 %. Based on the results of research and development, it can be concluded that learning using concrete media by applying the Problem Based Learning (PBL) model in Mathematics class I subject " Place value of numbers 21-99 in elementary schools is appropriate for use in learning.
Keywords: Problem Based Learning, concrete media, learning outcomes
Pendahuluan
Kurikulum merdeka yang diterapkan di sekolah telah menimbulkan berbagai dampak positif. Kurikulum merdeka membawa perubahan dalam pembelajaran siswa. Dalam kurikulum merdeka siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengekpresikan minat belajarnya. Hal ini bertujuan untuk membentuk siswa dengan jiwa kompetensi dan karakter yang baik.
Perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan khususnya di dalam pemanfaatan komputer dan internet sebagai media dan sumber belajar yang harus disikapi dengan cepat oleh seorang pendidik, sehingga kemajuan teknologi saat ini bisa dimanfaatkan dengan baik untuk membantu proses pembelajaran siswa di kelas. Materi dalam pembelajaran Matematika bersifat abstrak apalagi untuk siswa kelas 1 SD. Oleh karena itu diperlukan media yang secara nyata dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu contohnya yaitu pemanfaatan media benda konkret. Pemanfaatan media benda konkret sebagai media pembelajaran Matematika di SD kelas I  juga  masih  belum  digunakan  oleh guru  secara  maksimal,  suasana  belajar  dan penyampaian materi oleh guru masih banyak yang terpaku pada buku dan terkesan monoton, sehingga kurang menarik perhatian peserta didik.
Peranan guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Tanpa adanya guru maka proses pendidikan tidak akan  dapat berlangsung atau terlaksana dengan baik. Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan dengan adanya kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pengelola pendidikan diantara siswa  dalam kelas. Pendidik harus mempersiapkan segala sesuatunya supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai, menarik dan menyenangkan. Selain media pembelajaran yang tepat bagi siswa, tentunya pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena tugas utama guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan harapan dapat menerima dan memahami materi pelajaran dengan mudah. Mengingat bahwa model adalah pola  (contoh, acuan, ragam dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan siswa dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan dapat memahami materi pelajaran yang diberikan.
Pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih banyak kekurangan baik dari model pembelajaran, media, bahan ajar, modul ajar dan LKPD. Selain itu motivasi belajar siswa belum maksimal, rendahnya hasil belajar siswa, media pembelajaran yang kurang menarik, guru yang belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran, dan model pembelajaran yang monoton sehingga siswa kurang mampu berpikir kritis , kreatif dan aktif.
Metode Penelitian
Penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif, deskriptif yaitu suatu rumusan masalah yang memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam.
Masalah belajar adalah masalah yang komplek, sehingga tiada seorang ahlipun yang dapat  membahas secara tuntas dan sempurna.  Oleh karena itu kebanyakan dari pakar pendidikan menjadikan masalah belajar sebagai sentral pembahasannya. Dan sewajarnya apabila antara pakar yang satu dengan yang lain mempunyai perbedaan pendapat dalam mengemukakan definisi tentang belajar. Pengertian belajar menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.  Sedangkan menurut (Slameto, 2003) "Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya". Dari pengertian dari Slameto ini jelas bahwa belajar merupakan upaya sadar dari seorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru sehingga seseorang itu akan 6 mendapatkan pengalaman hidup yang baru akibat dari adanya hubungan antara si anak dengan lingkungan di mana anak menjalankan proses belajar. Sementara menurut Winkel "Belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan, perubahan pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berkas" (Winkel, 2005).
Media pembelajaran meliputi yang berupa sarana, prasarana, dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau bahan pelajaran kepada subyek didik untuk memperjelas, memperlancar, dan lebih meningkatkan dan efektifitas dalam proses pembelajaran digunakan media pengajaran.
Berdasarkan klasifikasinya, maka jenis-jenis media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu : (1) media grafis, (2) media gambar dan ilustrasi fotografi, (3) media benda konkret , (4) media proyeksi , dan (5) media audio.
Media pembelajaran meliputi segala yang berupa sarana, prasarana, dan fasilitas yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau bahan pelajaran kepada subyek didik untuk memperjelas, memperlancar, dan lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses
pembelajaran digunakan media pengajaran.
Hasil dan Pembahasan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, seorang guru  menggunakan sebuah media pembelajaran dan model pembelajaran yang tepat agar memudahkan guru tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Media pembelajaran yang digunakan oleh penulis yaitu media benda konkret, sedangkan untuk model pembelajarannya adalah Problem Based Learning (PBL). Media benda konkret menurut  Kurniawati, P. Purwati ( 2021) Media benda konkret adalah benda --benda asli atau nyata ataupun tiruan dalam bentuk nyata yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Untuk dapat memaksimalkan penggunaan media benda konkret  dalam  pembelajaran  Matematika materi nilai tempat bilangan 21-99  sehingga  peneliti menggunakan model Problem Based Learning (PBL).  Pembelajaran menggunakan media benda konkret ini khususnya dirancang untuk pembelajaran Matematika kelas 1 SD Xaverius 8 Palembang.  Media benda konkret  yang digunakan adalah bola berwarna-warni .  Media benda konkret  juga memiliki beberapa kelebihan diantaranya: Siswa secara langsung dapat mengamati dan menggunakan benda nyata, penggunaan benda konkret mempermudah siswa memahami materi pelajaran karena memberikan pengalaman langsung, kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar akan lebih baik karena siswa terlibat secara fisik, emosional dan intelektual.
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui metode ilmiah sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah. Model Problem Based Learning (PBL) juga memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
b. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
c. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa memahami masalah dunia nyata.
d. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
f. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
g. Mengembangkan minat siswa  untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
h. Memudahkan  siswa dalam  menguasai  konsep-konsep  yang  dipelajari  guna memecahkan masalah dunia nyata.
Dari uraian di atas, maka peneliti berharap dengan adanya media  benda konkret  menggunakan model Problem Based Learning (PBL) ini mampu menjadikan siswa lebih aktif dan tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran khususnya menerima materi yang disampaikan. Upaya
yang penulis lakukan  yaitu melakukan sintaks dari model  pembelajaran  Problem Based
Learning (PBL):
a. Â Mengorientasikan peserta didik pada masalah. Pada tahap ini, peserta didik diarahkan
untuk berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik menghitung bola berwarna-warni secara langsung, Pendidik memberikan pertanyaan pemantik berdasarkan teks bacaan tersebut. Benda apa yang jumlahnya banyak dan dapat dihitung? Guru bertanya jawab dengan siswa tentang nilai tempat bilangan 21-99.
b.  Mengorganisasikan  peserta  didik  untuk  belajar.  Pada  tahap  ini,  peserta  didik
mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang telah dibagikan oleh peserta didik lain, peserta didik berdiskusi dan mencari jawaban yang tepat mengenai nilai temoat bilangan 21-99.
c. Â Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa menghitung gambar benda yang ada pada LKPD kemudian menentukan nilai tempat bilangan. Â
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini, peserta didik mempresentasikan  hasil  diskusi di depan kelas  dan  menunjukkan  hasil  nilai tempat bilangan 21-99.
e.  Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.Tahap yang terakhir peserta didik bersama pendidik  mengevaluasi hasil dari paparan masing- masing kelompok. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi serta mengumpulkan hasil evaluasi.
Dari 10 siswa yang mengikuti pembelajaran Matematika  dapat diketahui nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 100 dan yang terendah adalah 20, dengan rata -- rata nilai evaluasi adalah 86.
Kesimpulan
Setelah melakukan dan menyelesaikan pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret  dan model Problem Based Learning (PBL) nampak bahwa hasil klasikal dari nilai evaluasi dengan media benda konkret dan model Problem Based Learning (PBL) jika dilihat dari nilai rata-rata kelas  yaitu 86. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut: melalui media benda konkret  dan penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatan hasil belajar Matematika pada siswa kelas I SD Xaverius 8 Palembang tahun ajaran 2023-2024