Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Me, First Cycling with Seli

14 April 2011   07:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:49 132 1

Setahun yang lalu saya mengikuti fun bike yang diadakan oleh salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Dengan hanya mendaftar Rp 15.000; saja setiap peserta sudah langsung mendapatkan kaos untuk dikenakan pada hari H nanti. Selain itu pihak panitia juga menyediakan kupon undian sebagai doorprize dan konsumsi yang akan dibagikan pada hari H nanti. Cukup menarik memang, usaha yang dilakukan oleh pihak penyelenggara untuk menarik peminat peserta sebanyak-banyaknya.

Fun Bike diikuti oleh kurang lebih 200 peserta pada hari Minggu pagi. Pesertanya berasal dari berbagai kalangan dan usia. Sepeda yang digunakan pun bervariasi. Sepanjang perjalanan rombongan kami menjadi pusat perhatian bagi sebagian pemakai jalan. Maklum, saat itu gowes belum banyak digandrungi seperti saat ini.

Tak sampai setahun setelah itu,saya mengikuti fun bike yang diadakan di alun-alun utara Jogja. Fun bike kali ini sangat berbeda dengan fun bike yang saya ikuti sebelumnya. Pesertanya membludak. Ternyata hobi gowes ini sudah memikat banyak orang dalam waktu yang relatif singkat. Toko-toko sepedapun terlihat lebih ramai dari sebelumnya. Jenis sepeda yang digunakan juga bervariasi mulai dari sepeda ontel, BMX, MTB, fixie sampai jenis seli (sepeda lipat).

Jenis sepeda seli inilah yang saat ini mulai saya gemari. Selain bisa dilipat, menurut saya seli terlihat lebih ramping dan ringan jika dibandingkan dengan jenis sepeda lainnya. Pilihan saya jatuh pada seli dengan merk Folker. Folker adalah merk sepeda dari Bandung. Desainnya simple namun sudah dilengkapi dengan berbagai macam spare part yang menurut saya sudah sangat bagus. Menggunakan rem cakram dikedua rodanya, selain itu juga sudah menggunakan gear yang memudahkan kita jika kita bersepeda di jalan yang menanjak. Sepeda ini juga sudah dilengkapi dengan bel.

Perjalanan pertama saya dengan seli diawali di daerah Keniten,Prambanan. Diikuti oleh beberapa teman saya, kami memulai perjalanan pada pukul 06.30 menuju ke utara. Tujuan kami saat itu adalah menuju ke daerah Cangkringan sambil melihat-lihat lava tour merapi. Gowes kali ini tidak hanya untuk menguji performa seli saya tetapi juga kami bisa berbincang-bincang selama perjalanan. Pemandangan di kanan kiri jalan pun semakin menambah keasyikan kami. Beberapa pengendara motor dan pejalan kaki sesekali memandang kearah kami. Dalam hati saya merasa bangga bisa gowes bersama teman-teman. Selain untuk kesehatan, gowes juga sangat berguna untuk mengurangi polusi udara yang sudah semakin akut ini. Menurut saya kegiatan gowes ini harus dilestarikan terutama untuk menjaga kebersihan udara agar tidak semakin parah terkena polusi.

Kami melewati jalan raya besar, setelah itu kami mulai masuk ke desa-desa dan mencari jalan alternatif yang nyaman untuk gowes. Nyaman disini artinya adalah tidak terlalu ramai, tidak banyak polusi udara dan di kelilingi oleh persawahan dan pohon rindang yang membuat kami semakin teduh dan nyaman untuk gowes.Setelah gowes selama kurang lebih 1,5 jam,kami beristirahat sejenak disebuah jembatan kecil selama kurang lebih 30 menit. Di jembatan itulah kami memperhatikan beberapa warga desa sekitar yang lalu lalang untuk mengangkut material merapi yang masih ada di sungai. Mereka hanya menggunakan sepeda motor untuk mengangkut batu-batuan besar yang mereka gunakan untuk membangun pondasi rumah mereka. Selain itu kami juga bertemu dengan rombongan bebek yang sedang mencari makan. Suasana pedesaan masih sangat terasa disana dan semakin membuat kami ingin berlama-lama beristirahat di jembatan tersebut. Tak lupa sambil beristirahat, kami menyempatkan diri untuk mengabadikan moment tersebut dengan kamera.

Setelah puas merasakan hawa sejuk pedesaan, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju ke pasar Jambon di daerah Cangkringan. Alasan kami menuju ke Pasar Jambon adalah untuk mengisi perut kami yang sudah semakin kroncongan. Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan dikarenakan jalan yang semakin menanjak, tibalah kami di pasar Jambon pukul 08.30. setelah itu kami segera mencari makanan tradisional yang memliki cita rasa tinggi yaitu nasi gudangan dan dilengkapi dengan tahu dan tempe goreng. Makanan tersebut terasa sangat nikmat setelah kita menempuh perjalanan yang cukup panjang.

Kami melanjutkanperjalanan setelah merasa cukup kuat. Perjalanan pulang kali ini tidak terasa melelahkan walaupun matahari sudah semakin terik. Jalan yang kami lalui juga tidak menanjak, malah cenderung menurun. Kami melalui rute yang berbeda dari rute pada saat kami berangkat tadi. Kami melewati sungai yang masih dipenuhi oleh material merapi. Alat-alat berat juga masih terdapat disungai tersebut untuk menyingkirkan Sekitar pukul 10.00 kami sudah sampai kembali di salah satu rumah teman di Prambanan.

Perjalanan gowes ini kami tutup dengan berendam disalah satu bilik (sumber air) di sungai yang terletak tak jauh dari rumah teman tsb. Bilik tersebut sangat teduh dan airnya pun jernih. Bahkan jika kita merendam kaki kita di bilik tersebut ikan-ikan kecil akan segera mengerumuni kaki kita. Rasanya seperti terapi ikan gratis J

Gowes dengan seli terasa sangat menyenangkan, apalagi jika dilakukan bersama dengan teman-teman. Seli nyaman digunakan di jalan-jalan setapak yang rata dan halus, namun harus berhati-hati ketika digunakan di jalan terjal apalagi jalan yang sedikit berpasir karena memang seli didesain bukan untuk medan terjal.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun