Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Merdeka dari Dosa

14 Agustus 2022   19:48 Diperbarui: 14 Agustus 2022   20:51 331 8
Merdeka dari Dosa
oleh: Liong Vincent Christian

Senang karena menerima, bahagia karena memberi, kamu sudah menerima upah mu (bahagia atau senang).

Senang itu singkat terasanya, dan selalu menuntut yg lebih menyenangkan. Itu jebakan dosa. Selalu ada pihak yg dirugikan dalam suatu kesenangan yg pendek durasinya. Terlalu senang sampai satu titik bisa berbalik klimaks muak atau bosan.

Bahagia itu perasaannya panjang tidak ada habisnya. Jika memberi lalu menerima bahagia maka kamu sudah terima upah mu. Tuhan tidak perlu memberi upah atas kebaikan demi memperoleh rasa bahagia.

Bahagia kelebihan juga bisa menjadi adiksi yang ingin selalu dikejar. Ketika bahagia diperlakukan salah, seperti kita memperlakukan rasa senang.

Tindakan yang menyebabkan munculnya upah: rasa senang dan rasa bahagia, masih memiliki pamrih yaitu upah dari tindakan baik (senang atau bahagia).

Ada satu lagi perbuatan sebagai bentuk ungkapan rasa Terimakasih. Tidak mengakibatkan memeroleh rasa senang, juga tidak menerima rasa bahagia. Hanya ungkapan Terimakasih kepada Tuhan. Kondisi ini tidak memiliki suatu syarat karena upah yaitu keselamatan dari Tuhan Yesus yang sudah lebih dulu mati di kayu salib, dan kecukupan hidup di dunia sudah diperoleh lebih dulu, sebelum seseorang berinisiatif berbuat baik.

Jika menjadi budak rasa senang lalu coba menahan diri menjauhkan diri dari kesenangan akan jatuh juga malah bisa berkali kali lipat ketika kebutuhan akan kesenangan itu meledak.

Jika seseorang mengaku mampu berpuasa karena sedang tidak ada makanan yang tersedia, itu namanya terpaksa kelaparan bukan berpuasa. Berpuasa itu ada makanan tetapi memilih tidak makan.

Seseorang yang kelaparan ketika tiba tiba disodori makanan, maka akan berusaha menghabiskan semuanya sekaligus lalu bisa mati kekenyangan.

Dipenuhinya kesenangan secara ekstrim bisa menghasilkan kemuakan, tetapi konsekwensi dosa yaitu maut harus ditanggung dalam proses nya.

Bagi si bebal, perjalanan menuju pertobatan cenderung mengalami dulu dosa dan konsekwensi yang adalah maut.

Bukan dengan menahan diri berpuasa dari suatu tindakan senang-senang, ketika berencana untuk melakukan suatu kesenangan yang berdosa, di ingatan teringat konsekwensi setelah kesenangan yg pendek itu diperoleh apa pantas dan setimpal bayarannya. Apa nga kemahalan.

Kesenangan itu pendek, dan tuntutan untuk memperoleh yang lebih menyenangkan membawa derita karena tidak pernah tercukupi dan akibatnya yaitu pergolakan jiwa yang tidak stabil naik turun.

Baik senang maupun bahagia adalah gejolak jiwa. Mengikuti suatu pola aksi reaksi jiwa akan membuat kita masuk ke siklus ketidakseimbangan akibat mengikuti dorongan jiwa. Senang sedih, nyaman sakit, dlsb.

Yang agak tetap adalah di kondisi perasaan kecukupan akibat sudah terpenuhi (telah menerima keselamatan akhirat dari kematian Tuhan Yesus dan kecukupan hidup masih terpelihara) . Mungkin bisa kita katakan itu mirip sifat Roh yang tetap, tidak berubah.

"Tuhan Yesus tidak berubah, tidak berubah selama lama nya."

Setelah kita menyadari dari mengalami langsung bukan teori pelajaran agama bahwa "Lebih menguntungkan untuk tidak berdosa, maka buat apa mengalami dosa/kesenangan yang bayarannya terlalu mahal."

Contoh: "Kemerdekaan secara Finansial"
Arti1: Memiliki uang yang cukup untuk membeli apapun yg diinginkan.
Arti2: Tidak menginginkan apa apa, sehingga semua sudah terpenuhi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun