Jakarta merupakan barometer kota-kota besar di Tanah Air dan seharusnya menjadi tolok ukur keberhasilan pengelolaan kota yang manusiawi, yang menyediakan kenyamanan tempat tinggal, berkarya dan berinteraksi antar anggota masyarakatnya. Sayangnya, fenomena ideal ini pada kenyataannya `jauh panggang dari api’, bahkan menyisakan banyak pertanyaan terhadap kemampuan Jakarta untuk ‘memanusiakan’ warganya sendiri. Beban pencemaran yang semakin berat didukung oleh tingkat kepadatan penduduk yang semakin tinggi, tata ruang yang tidak proporsional peruntukkannya, sarana transportasi massal yang minim pelayanan, dan sarana/fasilitas umum yang semakin langka menjadikan Jakarta dapat dikatakan berat untuk menyandang kota yang manusiawi.